Selasa, 31 Januari 2017

SEMIRANG WATERFALL 'The Backyard trip" 2016

#THEMBURIOMAHTRACKING




Tanggal 13 November 2016, Saya dan soulmate saya Suakhjad mencoba menyusuri area Taman Nasional di deket Komplek Sarmili. Malam sebelumnya kami dan bapak-bapak Sarmili kebetulan rapat rutin di rumah saya. Dan sementara Pak Yanto dan Anggi menyampaikan usulan ke forum, saya dan Akhjad asik ngobrol sendiri tentang Air Terjun Semirang. Sebetulnya sudah lama kami berencana ke sana. Tetapi karena waktu yang terbatas kami belum sempat dan belum pernah kesana.
Setelah rapat selesai saya ngobrol dengan pak Yanto yang katanya pernah kesana. Jalan dan detail sampai ke lokasi sepintas kami sudah ada gambaran. Bisa googling untuk nyari shortcut jalan kesana.

Pagi 14 November, Jam 5.30 kami sudah siap, dan langsung kami meluncur ke Desa Gogik, sekitar 15 menit dari Komplek Sarmili, kira-kira setengah jam dari Kota Ungaran. Komplek wisata Semirang Waterfall ini dikelola oleh Perum Perhutani, dengan luas kira-kira 10 hektar. Disana, karena loket belum buka maka kami langsung masuk ke area Camping Ground. Kebetulan ada kegiatan Persami salah satu SMA dari Semarang.
Kami langsung tancap ke Lokasi Air Terjun. Sekitar satu jam perjalanan dengan melewati jalan tanah, hutan pinus dan hutan hujan. Teduh dan adem sudah pasti.

Trek ke Semirang

Di beberapa lokasi jalan tanjakan sudah dibangun tangga batu. Sehingga cukup aman, meskipun mengajak anak kecil. Dibeberapa titik juga terdapat bangunan pos kecil, cukup untuk break. Jalannya lumayan lah. Tapi karena kebetulan kami naik bareng adek-adek pramuka yang bikin gemes, jadi tidak terasa kami sudah sampai di Lokasi Air Terjun.








Tinggi air terjun Semirang sekitar 45 meter dan lokasinya tidak begitu luas. Tapi tidak usah khawatir kelaparan. Karena disana ada penduduk lokal yang berjualan di warung semi permanen. Dari air mineral, mie rebus/goreng sampe gorengan ada kok.

Sayang lokasinya masih tidak terawat, banyak tumpukan pohon yang ditebang dan dibiarkan kering gitu aja, masih terkesan seadanya.

Sekitar setengah jam foto-foto sambil nunggu acara Pramuka selesai. Karena harus gantian lokasinya. Kami langsung turun ke basecamp. Sampai di Basecamp kira-kira jam 9.00, petugas loket sudah datang. Tapi karena kami masih termasuk Local Villain  ☺☺ maka gratis....hihi
Ndak nding..karena kebetulan kami kenal sama yang jaga, udah gitu aja..


Kamis, 26 Januari 2017

ELING BENING AMBARAWA

#familyday
*sambungan dari PUNCAK LERENG KELIR..



Malam itu kami kerja bakti bersama bapak-bapak SARMILI masang bronjong yang kami beli siang tadi sampai sekitar jam 12 malam, kebetulan malam itu terang meski tidak cerah..

Minggu pagi, 22 Januari 2017.. Saya, istri dan anak saya bangun pagi untuk ke Gereja dan memang rencana hari itu cukup banyak; jenguk temen yang sakit dan ngurus acara keluarga. Kebetulan kami jenguk temen kami yang opname di RS Ambarawa. Tanpa direncana sebelumnya, kami melalui jalan searah ke Objek Wisata Eling Bening. Dan istri saya, yang memang sudah terlalu sering saya tinggal hiking, ngajakin mampir. Tiket masuk yang lumayan dan terik matahari semula menjadi pertimbangan. Tapi akhirnya, ya udahlah kami mampir, sekalian nyenengin anak istri.




Di gunung kita tampan, di kota kita menawan..


                            me and my broo...

Benar saja, karena lokasinya diatas bukit, tepatnya di samping komplek bong Makam dan komplek Sekolah Katolik Virgo Fidelis  dan hampir jam 12 siang, saat itu panas banget. Terlebih tempat parkir yang lumayan, memaksa kami berjalan ke lokasi.

Efrem El Naraya Kitaro

Tapi memang harus diakui view yang cukup asoyy, meski saat itu mendung menutup sebagian pemandangan, menjadi pantas untuk harga yang dibayarkan. Karena memang tanpa rencana mampir, kami tidak bawa payung, tongsis dan snack.

Partner of Crime

my family..

Sekitar satu jam kami foto-foto dan keliling area Eling Bening, dan karena mendung semakin gelap maka kami lanjut ngurus acara keluarga. Beberapa saat kami keluar dari area parkir, bressss…hujan jatuh. Bahkan sampai sore kami pulang kerumah masih diiringi hujan.

*bersambung..



PUNCAK LERENG KELIR - 1250 mdpl

Sambungan TOP SELFIE...


Sabtu, 21 Januari 2017.. saya dan Akhjad yang memang day off kerja, akhirnya dapet tugas beli bronjong ke daerah Jambu. Saling tajam bertatapan, seolah pikiran kita sama..hahahaa!! Langsung searching spot yang kira-kira bisa kami kesana sambil cari bronjong. Dapatlah di Google; Puncak KelirKeep searching broo.. akhirnya dapet jalur sampe kesana.
Kami pertama cari bronjong. Done..gak susah kok nyari tempatnya. Yang bikin dongkol, bapaknya ndak bisa nganter itu bronjong ke Ungaran. Sambil masih bingung gimana caranya bawa bronjong ke Ungaran, kami berdua langsung cuusss ke Kelir. 

Tanya-tanya sama bapaknya, langsung meluncur ngikuti jalan Semarang - Jogja..deket dan gampang nyarinya kok, setengah jam kemudian kami sampai di Basecamp Kelir. Lokasi Basecamp ini sesuai petunjuk Google ada di Dusun Brongkol, Desa Gertas, Kecamatan Jambu. 

Setelah urusan ticketing selesai, kami langsung start naik. Bayangan saya ya…dari parkiran cuma jalan santai bentar trus sampai. Yang ada kami harus nanjak 2 kilo. Untung di bawah Akhjad sempat beli air. Lumayan juga tanpa carrier kami stabil nanjak sekitar satu jam. Ternyata sepanjang jalur ke puncak banyak warga yang jualan, bahkan ada yang jualan bakso di atas. Menurut warga jalur Kelir ini baru diresmikan awal bulan Januari 2017 ini. Benar saja, masih banyak warga yang sedang membangun warung. Jadi buat kalian yang gatel pengen ke puncak Kelir ndak usah kawatir kelaparan.


                                                   gambar yang ada di Google...

                                           yang kami dapat....kabut!! 1250 Mdpl

Sampai di Puncak Lereng Kelir kami disambut kabut. Sayang banget kami gak dapet view selain kabut. Area puncak ini bisa menampung kira-kira 10 tenda. Di belakang Area Puncak ini ada hutan pinus, tetapi oleh warga di kasih palang, tandanya No Trespass broo... Katanya hutan pinus ini milik Syeh Puji. Siapa Syeh Puji, bisa di cek Google ajah yak.. 
Di hutan pinus ini sebenernya tempat yang luas, pas buat ngecamp. Cukup terlindung dari angin dan sinar matahari.

Suakhjad

Dan karena tidak ada yang jaga, kami nekat nerobos palang dan exploring jauh ke ujungnya. Ternyata ada jalan setapak menyusuri punggungan puncak bukit, jalur tanah lumayan jauh dengan sebelah kiri jurang. Sayang banget karena kabut view nya sangat terbatas. Dari hutan pinus tepat di belakang area Puncak Kelir, kami melewati 4 area hutan pinus lagi sebelum kami sampai di puncak Tertinggi Bukit Kelir 1348 mdpl. Mulai dari sini banyak bonusan dan beberapa tanjakan.

                                       Hutan Pinus disalah satu area Puncak Kelir

Setengah jam kemudian kami sampai dipuncak, kira-kira jam 2 siang, kabut total menutup puncak tertinggi Bukit Kelir. Ternyata di puncak sedang dibangun tempat khusus untuk foto-foto. 


dibawah puncak...

                                                     Golden Sunset???

Sambil ngobrol dengan crew pembangunan yang sedang istirahat, ternyata memang hutan pinus Puncak Lereng Kelir tadi dikasih palang karena di Puncak tertinggi Kelir juga dibangun selfie spot dengan pengelola yang berbeda. 


Istirahat Di Puncak Kelir  1384 mdpl

Karena kabut seolah abadi, maka kami hanya foto-foto sekenanya aja. Dan setelah setengah jam di puncak, kami langsung turun ke Basecamp.  Sempet mampir beli mie rebus, hampir satu jam kami baru sampai di Basecamp. Tanpa istirahat, dengan kaos yang masih basah keringat, kami langsung pulang ke Sarmili.  Tidak lupa ambil bronjong, yang jadi alasan kami sampai di Puncak Kelir, dan sebagai warga yang baik, berdua kami tetep kerja bakti malam itu..

*bersambung...


TOP SELFIE HUTAN PINUS KRAGILAN

#gagalmuncak


Sabtu, 14 Januari 2017, sesuai rencana yang sempat beberapa kali tertunda.. kami berempat berangkat ke Merbabu via Jalur Wekas. Saya, Anggi, Akhjad dan mas Hari SARMILI BROTHERHOOD kembali mencari waktu disela-sela kesibukan kerja kami. Saat itu dari awal, alam seolah udah ngasih kode ke kita dengan ngasih hujan seharian. Tetapi kepalang tanggung, kami semua yakin kalau sampai di Basecamp kondisi cuaca akan berbalik cerah. Harapan tinggal harapan, sejak kami sampai di Basecamp sekitar jam 18.30  sampai sekitar jam 22.00 hujan belum juga reda, yang ada malah di kasih bonus angin kenceng. Akhirnya tanpa berunding lagi, kami sepakat cari posisi, bongkar sleeping bag dan misi kali ini berubah jadi pindah bobok di basecamp sampai pagi.

Pagi itu, Minggu 15 Januari, gerimis masih turun. Untuk mengobati galau karena gagal summit,  setelah cuci muka dan sarapan,  kami langsung start ke pos Makam jalur Wekas. 



Semalem sebelum bobok, kami ngobrol sama pak’e basecamp dan katanya diatas, baru dibangun prasasti tulisan seperti yang lagi hit di objek lain. Karena penasaran itulah kami kepoin naik sampai lokasi. Sekitar setengah jam kami sampai dan ternyata ukuran dari tulisan ‘Merbabu’ itu cukup besar sekitar 3 meteran tinggi. Saat itu baru selesai terpasang huruf M dan E saja. Semoga next time  kami kesini sudah jadi, diberi kelancaran dalam pembangunannya.



TOP SELFIE HUTAN PINUS KRAGILAN

Secukupnya kami foto-foto, karena memang spot foto sangat terbatas. Kami langsung turun ke basecamp.  Sepakat…kami cari objek lain yang sekiranya dekat dan bisa kami mampir. Dari beberapa opsi dan setelah tanya-tanya, kami langsung meluncur ke Top Selfie Hutan Pinus Kragilan.






Lokasi yang mudah diakses dan cukup dekat dengan basecamp, sehingga hanya sekitar setengah jam kami sudah sampai di lokasi. Letaknya di jalan menanjak menuju Gardu Pandang Ketep Pass. Coba googling aja dah, lumayan kok lokasinya.  Adem udah pasti,
instagramable iya, murah juga dapet.


Tidak begitu lama kami menikmati adem khas hutan pinus kami udah langsung cabut pulang. Dijalan kami sempatkan foto-foto di jembatan pinus sebelum sampai di lokasi Top Selfie.




Dah puas..langsung pulang Ungaran. Sampai di Sarmili posisi pas habis hujan, dan kayaknya horror hujannya..karena kami lihat di kali depan komplek begitu berantakan. Serasa abis kena banjir bandang, ternyata bronjong (penahan tebing dari tatanan batu) yang dulu pernah kami pasang ikut terhambur.. bergeser beberapa meter. Sempet speechless juga, heran..padahan itu bronjong isinya batu gede-gede tapi iya, bisa hanyut. Dan sambil berlalu kami sepakat untuk weekend ini kami kerja bakti sama-sama baikin bronjong .... Bersambung