Rabu, 29 Maret 2017

GUNUNG MERAPI via NEW SELO - CATATAN PERJALANAN SARMILI MOUNTAIN MADNESS

*dear Aro..maafin bapak ya broo, ninggalin kamu naik gunung lagi..
 gara-gara om Akhjad broo..☺


2931 Mdpl New Selo
25 – 26 Maret 2017

Hai Merbabu..mmuuuaahhh

Sabtu, 17 Maret 2017

Setelah sekitar dua bulan pendakian terakhir, dan kebetulan besok seminggu lagi, tanggal 28 Maret 2017 adalah hari kecepit Nasional, satu hal yang ada di kepala... NAIK GUNUNG!!! Belum ada bayangan kemana, yang jelas udah gatel aja pengen naik gunung..Kebetulan saat itu pas bapak-bapak kumpul di rumah saya, nggak tau apa yang jadi pertimbangan, tiba-tiba saya kepikiran ke Merapi. Tahun 2010 pernah saya naik kesana, tapi karena jetlag mudik dari Balikpapansaya gagal muncak. Singkat cerita, karena Anggi sering ngeles kalau diajak ke Merapi, maka saya hanya kontak mas Hari dan Akhjad. 
Oke, sampai hari jumat, saya dealkan briefing ke Akhjad dan Mas Hari teknis untuk besok. Setelah belanja logistik dan sewa alat-alat, Akhjad pulang ke Purworejo nganterin Mbak Yani, istrinya. 

Merapi.. seperti kita tau adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta, berdampingan dengan Gunung Merbabu. Ketinggian Gunung merapi setelah letusan tahun 2010 ( sesuai dengan literatur yang pernah saya baca ) sekitar 2931 mdpl. Ada beberapa jalur pendakian Gunung Merapi, dan yang paling mainstream dikunjungi adalah jalur via Basecamp Barameru, Desa Telogolele, Boyolali. Lokasi ini juga tidak begitu jauh dengan Basecamp Pendakian Gunung Merbabu via Selo. Tidak adanya sumber air jadi satu peringatan untuk kita agar menyiapkan bekal air yang cukup. Sebagai informasi, saat ini pendakian hanya boleh dilakukan sampai di Pasar Bubrah.



Sabtu, 25 Maret 2017

Pagi, saya dan mas Hari packing sekitar jam 9 pagi. Rencananya dari Purworejo, Akhjad akan langsung ke Sarmili untuk kemudian berangkat bareng. Jam 10 kami sudah selesai packing dan mandi, siap berangkat tinggal nunggu Akhjad. Setelah semua komplit dan Akhjad sudah merapat, jam 12.30 kami berangkat ke Selo. Cuaca saat itu 80% pasti akan hujan, tetapi yakiin aman. Kami berangkat lewat jalur Salatiga – Kopeng – Ketep Pass - Selo  ( 72 km ).

Benar saja, begitu kami sampai di gerbang Kota Salatiga, hujan deras pun turun. Kami terpaksa break. Sekitar satu jam hujan deras, kami berteduh di pinggir jalan sambil nahan lapar karena belum sarapan. Setelah agak reda kami paksakan untuk lanjut pelan-pelan. Hingga sekitar satu jam berikutnya sekitar jam 15.30 kami sampai di Basecamp Barameru, Desa Telogolele, Selo, Boyolali. Saat itu masih gerimis, dan kondisi Basecamp Barameru sangat penuh. Sambil nunggu tempat agak lega, saya ngurus Simaksi dan dilanjut makan.

Bertiga, kami habis 62 ribu untuk ijin dan tambah lagi 5 ribu untuk parkir 1 motor. it's oke sih, cuma petugas loket yang kurang simpatik aja yang bikin males..

Saat itu Anggi nelfon, katanya mau nyusul..alamakkk, dipikir-pikir, mungkin baru jam 7 malem dia sampe sini. Lama kami tunggu kabar, ternyata dia galau juga, kami tinggal naik..hahaha!!! Yakkk, ngeper juga…

akhirnya kami lanjut untuk packing. Dan tepat jam 17.30 kami start.

start pendakian

Basecamp Barameru - Area Parkir New Selo ( 30 Menit )

Trek awal pendakian dari Basecamp Barameru ke Parkiran New Selo berupa jalan aspal kampung, sempit tapi cukup ramai. Dengan trek menanjak, cukuplah untuk pemanasan kami saat itu. Sejenak terlintas kenangan 2010, tetep masih sama..tanjakan ngeri-ngeri sedap sepanjang jalur..

Karena saat itu belum gelap, terlihat Gunung Merbabu begitu cantik nan angkuh tepat didepan kami dengan jalur pendakian yang lumayan jelas terlihat. Cukup keren view Merbabu dari sini. Dari sini juga kita bisa melihat bukit pertama Merapi yang nanti harus kami lewati.
Tepat jam 18.00 kami sampai di parkiran New Selo dengan deretan warung yang masih buka, dan beberapa mobil terparkir disana. Bukan mobil saya..

New Selo

Parkiran New Selo - Pos Gerbang Taman Nasional ( 2072 mdpl )

Tanpa istirahat, kami lanjut jalan. Mas Hari dan Akhjad langsung panas, leading di depan. Sementara saya masih harus menyesuaikan nafas yang mulai berat. Dari sini trek berupa tanjakan melewati ladang penduduk dengan beberapa bagian sudah di paving dilanjut trek tanah solid menanjak. Saya yang masih kepayahan hanya bisa jalan pelan mencoba mengimbangi mereka berdua. Beberapa rombongan kami lewati, dan setelah sekitar 1 jam tepat, terdengar sayup-sayup Adzan Isya', tepat saat itu juga kami sampai di Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi. Sudah ada bangunan pos semi permanen, cukup luas untuk beristirahat. Sambil ngejar nafas, kami habiskan satu batang rokok. Cuaca saat itu, kilat mulai kelap-kelip. Ngalamat..


Pos Gerbang Taman Nasional - Pos I Watu Belah ( 2302 Mdpl )

Setelah Adzan selesai, kami berangkat menuju pos I, gelap dan tanjakan terjal mulai mewarnai cerita kami. Kaki dan nafas saya sudah bisa mengimbangi Akhjad dan mas Hari, sendirian saya leading didepan. Beberapa kali saya break untuk menunggu mereka, kebetulan kami bareng sama adek-adek gemes Mapala dari Semarang. Mumpung sudah panas, saya terus leading didepan. Lagi-lagi karena salah ambil jalur ke arah kanan, alhasil sempat nyasar ke jalur buntu. Setelah kembali ke jalan yang benar, ternyata rombongan sebelumnya yang tadinya jauh dibelakang sudah ada tepat dibelakang kami. Sekitar satu jam kami jalan, akhirnya kami istirahat di Puncak bukit yang cukup terlindung meskipun dengan hembusan angin yang cukup kencang karena kanan kirinya jurang. Kami break sambil gantian bawa carrier dan bakar rokok; dua barang yang sama-sama jadi candu untuk saya. Kami jalan lagi, hanya sekitar 10 menit kami sudah sampai di POS I Watu Belah. Penuh pendaki dan tenda. Karena sudah cukup break nya, kami langsung lanjut ke Pos 2.






Area Pos II



Pos I – Pos II ( 2534 Mdpl )

Jalur tanjakan terjal berbatu mulai menantang kami, tanjakan yang sungguh menguras mental dan tenaga. Saya kali ini kebagian bawa tas kecil dan daypack, ultralight hiking, sementara mas Hari dan Akhjad bawa carrier. Ringan langkah kaki dan nafas saya. Posisi masih leading didepan tapi dengan jarak yang rapat. Kebetulan senter mas Hari mati, jadi terpaksa pake flash hp. Sekitar satu jam menderita di jalur ini, hujan seolah nggak mau ketinggalan ngerjain kami. Awalnya kami kira hanya air yang kebawa kabut, tapi lama-lama makin deras. Tepat sebelum benar-benar deras kami sudah siap dengan jas hujan yang sudah terpakai. Kami jalan pelan-pelan berharap hujannya becandaan aja..

Lanjut kami jalan, sesuai rencana kami akan mencoba ke Pasar Bubrah untuk ngecamp disana. Tapi 15 menit kami jalan, Akhjad sudah kepayahan dadanya sesak dan ditambah gerimis yang masih jatuh, kami putuskan untuk nyari lokasi ngecamp sambil jalan.
Setelah dapat lokasi, sempit dan agak miring, tapi yang penting muat untuk dome kami kapasitas 3 orang. Sambil keburu hujan datang lagi, ikat sana ikat sini.. dome is ready!!
Saat itu kami langsung bongkar logistik. 5 menit kemudian teh manis, kopi item dan energ*n siap. Kebetulan dari rumah, istri saya, Agatha, emaknya Aro..nyiapin nasi dan dijalan tadi sempet beli tahu krispy sama krupuk. Sambil ngopi, kami masak mie instan yang juga langsung siap dalam hitungan menit. Kenyang, badan udah di dalem sleeping bag, kebal-kebul isep rokok, diluar tenda hujan..surga duniaahh!!!
Tepat jam 23.00 kami sudah siap balapan tidur, Puji Tuhan.. meski hujan, malam ini Merapi asik.. kami tidur tanpa gerah sampai pagi..

Minggu 26 Maret 2017

Jam 5.30 kami sudah bangun..males karena terlalu pules, tapi akhirnya..mules!!
As always, mules mengalahkan males..!!terpaksa sambil basah-basahan embun dan hujan cari lokasi bombing..
Sementara mas Hari dan Akhjad nyaipin sarapan + anget-anget dan packing untuk summit. Jam 6 baru kami tekatin untuk naik. Tenda kami tinggal dengan hanya bekal air dan barang-barang yang sekiranya berharga. Positip..pagi ini nggak ada sunrise..kabut mesra dan gerimis tipis sepanjang jalur.
Sekitar 10 menit kami jalan, kami sampai di Pos 2. Kami langsung menuju ke Pasar Bubrah. Cerita sebenarnya baru dimulai..




Area Watu Gajah

Pos II – Pasar Bubrah ( 2896 Mdpl )

Dengan semangat ngatttt, kami lewati pos II yang bertaburan warna-warni tenda pendaki. Cukup banyak juga ternyata, pendaki Merapi hari itu. Mungkin karena sepikiran dengan kami – long weekend + cuti bersama. Jalur tanjakan batu semakin curam dan dibeberapa titik memaksa kami harus manjat, hidung ketemu dengkul.. menjadi jalan yang kami lewati. Sekitar 30 menit berselang kami sudah sampai di Watu Gajah, batu besar dengan jalur keatas tanpa vegetasi. Saya yakin pemandangan disini asoy, cuma karena kabut dan gerimis, pemandangan dan spot foto jadi terbatas. Kami lanjut jalan ke atas, berharap nanti pas turun sudah cerah. Sekitar 15 menit nanjak kami sampai di plang Pasar Bubrah tepat di sebelah monumen berbentuk kerucut gunung Merapi. Pemandangan semua putih keruh, Kabut!!
View ke puncak 0%, jarak pandang hanya 10 – 15 meter. Saya sampaikan ke Akhjad dan Mas Hari untuk menunggu perkembangan cuaca. Sangat berbahaya kalau kami tetep nekat naik ke puncak dengan visibility seperti itu. Resiko tersesat akan sangat besar.













Watu Gajah - Pasar Bubrah


BADAI di PASAR BUBRAH

Korban Badai

Di Pasar Bubrah, kami hanya sempatkan foto-foto lautan batu dan kabut sekenanya saja, sampai tiba-tiba...badai datang!!! Tanpa ita-itu, bresss..hujan angin datang, langsung deras tanpa basa-basi. Semakin lama angin semakin kenceng, hujan makin deras. Beruntung, saat itu kami berada di dekat sebuah batu yang cukup besar. Banyak sampah organik disana ( If you know what i mean.. !! ).
Ora urus..Segera kami pakai jas hujan dan berlindung di balik batu. Beberapa tenda roboh, beberapa yang lain kebanjiran karena ternyata tepat berdiri di jalur air dan banyak pendaki lain yang terjebak badai..bahkan banyak dari mereka yang masih berada di punggungan arah ke Puncak. Kepalang basah mungkin..Satu demi satu rombongan basah kuyup nekat turun membelah badai.
Sekitar satu jam kami dipaksa berlindung karena hujan badai yang cukup deras, bahkan jari-jari kaki serasa ditusuk jarum dan wajah terasa kaku menahan dingin.
Setelah hujan reda, meski dengan angin yang masih lumayan kenceng, kami putuskan untuk kembali turun ke tenda. Untungnya sambil jalan, badai pun mereda. Dengan sisa gerimis, kami kembali ke Plang Pasar Bubrah untuk berfoto.
Tidak lama foto-foto, kami putuskan untuk langsung turun ke bawah..beberapa kelompok juga sudah terlihat mulai bergerak turun. Sangat tidak memungkinkan melanjutkan ke Puncak. 

The Mountain is always conquer us..Merapi did it!! Merapi belum ngasih kali ini..cieee Merapii gitu yaa!!!


Pasar Bubrah Merapi 2896 mdpl

Karena kabut juga mulai mereda, cantik angkuhnya Merbabu mulai terlihat dibeberapa titik di sekitar Watu Gajah. Sisi punggungan Merapi dan beberapa puncak bukit dikawasan Merapi dengan bebatuan yang kokoh pun terlihat emejing. Meski Merapi tidak mengijinkan kami berdiri di puncaknya, cukup ramah kok Merapi, semua selamat dari badai dan masih mau ngasih bonus pemandangan dan background foto yang cukup yahutt..

Sekitar jam 9 pagi kami sampai di lokasi tenda kami..aman 86!! Setelah sarapan dan packing logistik + tenda. Jam 10 kami mulai jalan turun ke Basecamp. Sekitar jam 12.40 kami sampai di Basecamp Barameru.

Setelah ambil KTP, beli emblem dan stiker serta makan siang (pake nasi), kami hanya singgah sebentar untuk re packing carrier kami. Jam 14.00 kami berangkat pulang via Boyolali – Salatiga – Ungaran. FYI, jarak rute via Ketep dan Via Boyolali hampir sama, sekitar 70 an Km.
Tanpa hujan dan halangan berarti, akhirnya kami sampai Basecamp Sarmili, Gebugan sekitar jam 16.00 dengan selamat. Anggi menyambut kami dengan senyum kecut..(*)



Bonus track: Badai Pasar Bubrah








Bersambung…