Selasa, 05 Desember 2017

GUNUNG SINDORO - BADAI MESRA DI SUNRISE CAMP

Gunung Sindoro..selalu menjadi salah satu opsi tujuan kami berikutnya. Sebenernya, bulan Desember ini saya berencana untuk trekking ke Semeru atau Raung, nanti pas libur Natal. Tapi karena bujet limit dan susah dapet Travel agent mau ndak mau cari pelampiasan lain.  Ternyata di awal bulan Desember ini ada long weekend, pas kontak temen-temen juga pada free, ya udah, jadilah kita sepakat tanggal 1 Desember ke Sindoro.

Dulu sewaktu kuliah, tahun 2008-an, saya pernah sekali trekking ke Sindoro. Tapi waktu itu mungkin hanya sampai pos 1, dan kali ini, hampir 10 tahun berselang saya rencana naik bareng anak-anak pabrik. Persiapan semua lancar. Rencana awal kita berangkat bertiga, Nopera dan Ricky. Sambil kontak temen yang lain ternyata Ester mau ikut. Dia sekalian ngajak Risqi dan Irvan. Selama prepare kita bagi tugas via Whatsapp. 

Senin 27 Nopember, dapet kabar dari berita kalau di sebelah selatan pulau Jawa saat itu sedang terbentuk bibit badai siklon tropis Cempaka. Yang otomatis berpengaruh ke cuaca di Jawa, terlebih sekitar Sindoro. Parahnya, belum Cempaka reda sudah ada bibit badai lagi, Si Dahlia. Jogja - Pacitan terhambur dihantam banjir, angin ribut, badai dan longsor. Keep positive, saya tawarkan ke temen-temen untuk menunda dulu, tapi karena semua udah bulet mantep lanjut, kami berangkat juga. Sadar karena peluang hujan badai sangat besar, kami prepare semua untuk kemungkinan terburuk. Kami juga saat itu yakin, banyak juga pendaki yang dari jauh hari planning naik Sindoro yang mau ndak mau tetep berangkat.

Basecamp Sarmili, Jumat, 1 Desember, 05.30 pagi, saya sudah bangun. Mandi dan siap-siap, langsung ke Boja via Gunung Pati, kira-kira 25 km. Sampai di Boja ketemu Ricky dan Nopera, kami sarapan dulu. Jam 8.00 kami otewe Basecamp Kledung via Sukorejo. Kira-kira 66 km. Jam 10.15 tepat kami sampai di Basecamp GRASINDO Kledung (1405 mdpl), Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. Lokasinya sangat mudah dicari, karena tepat di pinggir jalan Temanggung - Wonosobo. 

Basecamp GRASINDO Kledung
CP : 0813 28096081 / 0811 2823153 dan Frek: 148.790 MHz


starting point..

Meski cuaca tidak bersahabat, tapi cukup banyak juga pendaki hari itu. Sambil nunggu Ester, Risqi dan Irvan sementara Nopera dan Ricky sholat jumat, saya tidur di Basecamp. Hujan dan angin kenceng juga udah mulai mendatangi basecamp. Sampai kira-kira jam 12an mereka datang. Ester dan Risqi rencana start duluan untuk cari tempat camp di pos 3, sementara Irvan berangkat bareng kami. 
Setelah selesai jumatan dan registrasi Simaksi, sekitar jam 1.30 siang kami start. Kami naik ojeg dari Basecamp ke Pos 1. 
Rp.25,000 yang kami bayarkan ternyata tidak mahal begitu tau jarak tempuh dan trek yang akan kami lalui. sekitar 20 menit, setelah melewati pemukiman, ladang penduduk dan kawasan Batu Besar, kami sampai di Pos 1 Sibajing ( 1629 mdpl ) tanpa lelah hanya ciut nyali. Ternyata asik juga naik ojeg, apalagi kang ojegnya skillfull. Selain bisa menghemat tenaga dan waktu, kita juga bisa nyobain naik motor ala-ala trabas. Gak bakal rugi, gak...

Pos 1 - Pos 2

Dari Pos 1 ini sudah terasa angin ribut disela-sela daun pinus. Beberapa pohon juga udah rebahan santai. Beberapa rebah manja sesaat setelah kami lewat. Cuaca mendung dan dingin. Trek dari sini awalnya melewati tanjakan rapi terlindung pohon pinus di kiri-kanan. Ambil jalur ke arah kanan, bonus turunan ke lembah baru naik lagi. Banyaknya pohon yang roboh sangat mengganggu perjalanan kami. Beberapa kali kami harus merangkak atau manjat untuk menghindari batang pohon yang cukup besar roboh menghalang jalan. Beberapa kali juga sempet di-php gerimis. Sampai sekitar jam 3 sore, kami sampai di Pos 2 Pestoroto (2120 mdpl).  
Cukup banyak pendaki yang istirahat di sana atau bahkan mau ngecamp di pos 2. Masih ditemani dengan angin ribut yang merebahkan pohon pinus. Suara ranting dan batang pohon yang patah atau bergesekan menjadi siulan genit Sindoro menyambut kami.



Pos 2 Pestoroto


Pos 2 - Pos 3
Setelah istirahat sekitar 10 menit sambil bakar rokok 1 bungkus, kami lanjut naik ke Pos 3. Trek kembali masuk ke hutan pinus. Kami berjalan berdekatan dengan sangat berhati-hati, karena trek sudah mulai menanjak dengan batuan dan beberapa pohon yang lumayan besar rebah menghalang jalan. Sudah mulai terasa beban di punggung, karena ditambah dengan kita berempat bergiliran bawa jerigen air 5 liter. Disini juga Nopera mulai kram kaki kanannya. 


Pohon yang rebahan santai di tengah trek


Dari sini beberapa kali tampak Sumbing yang angkuh malu-malu berselimut awan di seberang. Hampir sepanjang perjalanan kami, Sumbing tertutup kabut sehingga hanya beberapa kali saja kelihatan. Kami nikmati saat-saat Sumbing terlihat dengan beristirahat, ngemil dan sebatang rokok. Sampai sekitar jam 4.30 kami sampai di Pos 3 (2315 mdpl). Area cukup luas dan memang pas untuk area camp. Kami sampai di pos 3 dengan cuaca yang kurang asik, angin kenceng. Disana Ester dan Risqi sudah ada di dalam tenda. Karena lokasi udah penuh, saya dan Irvan naik ke atas Pos 3 di sebelah kiri atas untuk nyari lokasi yang sekiranya terlindung dari badai. Setelah kami sepakat, kami turun kembali jemput yang lain sekalian bongkar tenda Ester. Ternyata ada incident kecil, karna angin kenceng, pelipis mata Ester kena matras dan sobek. Lumayan sih karena bengkak dan meski dikasih plester tapi masih tetep rembes darahnya. 



water carrier

Langsung kami bangun 3 tenda, dekat dan saling berhadapan, dengan kondisi angin yang semakin kenceng dan gerimis. Kami sempet kesusahan karena beberapa kali kami ikat flysheet dan tenda, beberapa kali itu pula terlepas dihantam angin. Saking kencangnya angin, sempet pas pipis malah sampai terhambur ke badan dan muka. 
Sekitar jam 5.30 sore, dengan beberapa cacat di tenda kami, termasuk resleting tenda Nopera yang lepas, kami sudah bisa menikmati badai di dalam tenda. Langit mulai gelap dan angin juga makin ribut. Untuk menghangatkan diri, kami masak didalam tenda. Mie instan + sawi dan kopi instan menjadi menu malam itu. Tidak seberapa tapi sungguh sangat enak.
Sampai sekitar jam 7.30 malam, tidak ada yang bisa kami lakukan lagi selain istirahat dan tidur. Saya dan Irvan kebetulan di tenda yang cukup kuat, meski single layer tanpa flysheet kami tetap bisa tidur pules sampai pagi. Melihat kondisi malam itu, sangat beruntung kami bisa istirahat tanpa kedinginan ataupun basah.


Sabtu, 2 Desember

Jam 5,30 langit sudah terang, angin masih aja ribut. Mules juga kayaknya sudah menjadi bagian ritual budaya saya tiap pagi. Mau ndak mau, bangun dan cari lokasi. Baru coba nikmatin, tiba-tiba saya inget cerita temen katanya pos 3 rawan Babi hutan. Dan saat denger suara berisik tidak jauh dibawah lokasi, spontan ngrusak mood banget. Dengan terpaksa menikmati dengan gak ikhlas..parno takut disruduk Celenk.
Balik ke tenda.. mungkin karena kencangnya angin, tenda komplek tetangga sebelah sudah rata tanah. Untungnya lokasi kami agak mepet terlindung semak, hanya tenda Nopera yang frame nya patah. Sementara Nopera dan Ricky sudah masak air. Dengan sarapan roti gandum dan teh anget, saya dan Irvan sepakat coba naik lagi dengan target jam 7 harus kembali turun, sampai dimana ndak masalah.

Kami start jam 5.50 dari tenda, hanya berbekal air mineral botol kecil berdua. Sekitar 15 menit kami jalan dengan trek tanah menanjak, kami sampai di Sunrise Camp (2423 mdpl)


15 menit dari pos 3

kabut lagi


Disini merupakan batas Camp Area. Cukup luas untuk mendirikan tenda, tapi sangat berbahaya saat badai. Cuaca masih mendung dengan kabut dan angin kenceng. Kami putuskan untuk tetep lanjut naik ke atas. Trek mulai menanjak dengan bebatuan terjal di beberapa titik. 20 menit kemudian kami sampai di Hutan Lamtoro, masih dengan cuaca yang sama dan hanya pohon yang roboh menghalang jalan sudah tidak sebanyak di bawah. Pemandangan juga tidak terlihat kecuali kabut. Sampai sekitar jam 6.45 kami sampai di area batas vegetasi pohon, dan kata pendaki yang kami temui, Pos Batu Tatah tinggal selemparan batu lagi. Dan memang setau kami area ke atas sudah tidak ada pohon lamtoro lagi.
Angin semakin kenceng, kabut sarat air juga semakin deket. Beberapa langkah ke atas kami sudah mulai dihantam badai, dengan tanpa perlindungan pohon, kami nekat berjalan pelan keatas, beberapa kali hampir kami terpelanting karena angin sangat kuat.



Kabut lembut

Sadar Puncak bukan segalanya dan karena memang sangat berbahaya, kami putuskan untuk balik kanan. Apalagi saat itu sudah hampir jam 7.00 kesepakatan kami untuk kembali ke camp area. Banyak juga pendaki yang bahkan jauh-jauh dari Jakarta harus rela balik kanan karena memang tidak memungkinkan lanjut ke atas. Kami harus rela untuk tidak lulus kali ini dan remidi lain waktu.


balik kanan

Dengan berat hati, kami turun kembali sambil masih berhadap badai reda. Rencana, kami cari spot foto di Sunrise Camp saja.
Sekitar 20 menit, kami sampai di Sunrise Camp. Angin tak sekuat di atas memang, tapi kabut belum juga mau hilang. Seadanya saja kami cari area yang instagenic, ambil gambar dan langsung turun kembali ke camp area.

Tepat jam 8.00 kami sampai di camp area, kebetulan temen-temen yang lain lagi bongkar tenda. Langsung kami bantuin packing sampai 15 menit kemudian barang-barang dan logistik sisa sudah masuk di carrier kami masing-masing. Sambil ngemil kentang dan sosis goreng, kami cek lagi sapa tau masih ada yang ketinggalan. Tepat jam 8.30 kami turun ke pos 3. Masih sangat ramai dan penuh tenda di Pos 3. Foto-foto seputaran dan langsung lanjut turun. Hampir 30 menit kami baru sampai Pos 2. Istirahat bentar sambil share keadaan diatas ke temen-temen yang mau naik. Pos 2 ke pos 1 kami tempuh sekitar 20 menit. Dari Pos 1, Ester dan Risqi lanjut Ojeg, sementara kami berempat sepakat untuk lanjut jalan sampai basecamp.


Gapura dibawah pos 1


Kami sampai di basecamp jam 11.30 siang. Kebetulan Ester ada punya temen bisnis di area basecamp. Pak Nur, kami pun ditawari mampir untuk mandi dan bahkan dijamu, dibuatin makan pula. Terimakasih Tuhan, semoga selalu sehat pak Nur..

Dan tanpa basa-basi kami pun makan siang dirumah pak Nur, setelahnya kami langsung pamit. Kami pulang bareng-bareng iringan 4 motor, sampai di Parakan Nopera dan Ricky ambil jalur berangkat kami lewat Sukorejo, saya ambil jalur lurus lewat Kaloran - Sumowono, dan Ester, Risqi dan Irvan lewat Temanggung. Rencana, Ester langsung ke Klinik untuk cek luka di pelipisnya. Jam 2.15 sore saya sampai rumah Ungaran. Kebetulan masih harus jemput istri dan ikut sembayangan malemnya. Cuaca mendung syahdu sampai saya di rumah. 










Kamis, 12 Oktober 2017

PUNCAK SUNRISE GUNUNG PRAU 2565 Mdpl ( 8.415ft )

Prau Mountain
MENJELAJAH NEGERI PARA DEWA
-SEBUAH CATATAN PERJALANAN-


ESTER..Teman SMP dulu berencana naik ke Gunung Prau sama temen-temennya. Dia nawarin saya untuk ikut gabung. Karena saya memang sudah lama banget pingin trekking ke Prau, tanpa pikir panjang lagi langsung saya iya-in aja. Weekend datang, dan ronda pun menghadang. Sambil nunggu ronda, saya prepare barang dan logistik. Carrier, tenda dan semua alat sudah siap. Tinggal besok pagi belanja logistik. Dari yang saya denger, trekking ke Prau tidak begitu ekstrim, jadi saya cuma bawa Air 3 Botol @ 1,5 liter, 2 mie instan dan beberapa makanan ringan.

Sabtu pagi, 7 Oktober 2017, saya sudah bangun pagi. Saya baru tau, kebetulan hari itu tetangga komplek punya hajatan. Karena saya sudah janji gabung Ester dan tidak bisa ikut selamatan maka saya pamit dan sebisa mungkin saya bantu siap-siapin pasang lampu, tiker dll. Kebetulan juga malam itu ada Rapat rutin lingkungan RT. Tapi karena  janji, mau ndak mau terpaksa saya tinggal.


Setelah yakin semua kebutuhan lengkap, tepat jam 17.30 saya berangkat sendirian via Bandungan – Sumowono – Kaloran - Temanggung. Rencana awal, saya akan singgah ke rumah Ester di Temanggung. Dengan bantuan GPS maps, sekitar satu jam jalan, jam 18.45 saya sampai di Temanggung. Sambil nunggu temennya yang lain , kita ngobrol banyak dengan Ester dan keluarga, karena memang sudah hampir 20 tahun kami tidak ketemu. Sampai sekitar jam 21.30 temen-temen yang lain sudah datang, langsung kami otewe ke Patak Banteng via Temanggung – Parakan – Kertek – Wonosobo – Dieng. Total jarak tempuh saya dari Basecamp Sarmili kurang lebih 105 km.  Sekitar 2 jam jalan, jalur lancar dengan sedikit kabut saat mendekati Basecamp Patak Banteng. 
Jam 00.00 tepat, kami sampai di Basecamp Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo. CP Basecamp :085 326 903 444 & 085 602 170 444 (call only). Parkiran sangat penuh dengan motor para pendaki. Sebenarnya agak down juga dengan kondisi ini. Terlalu ramai justru akan mengurangi kenikmatan pendakian.

Setelah mendaftar Rp. 45,000 ( empat ekor ), kami tidak langsung start, ternyata mereka masih mau istirahat tidur dulu satu jam.
Saya yang kebetulan sudah kedinginan dan gak bisa tidur, terpaksa muter-muter sambil ngecek lagi bawaan saya. Alamak, baru ketauan, nesting ketinggalan. Untungnya di Basecamp sangat komplit, kita bisa nyewa alat-alat dari senter sampai nesting. Nombok dah Rp.15,000. Tepat jam 01.00 dini hari, kami start. Kebetulan malam itu cuaca lumayan cerah dengan bulan sedikit malu berselimut awan.

Pelan namun pasti kami menuju dan meniti ONDO SEWU. Jalur tunggal melewati ladang kentang penduduk. Sepanjang jalur Ondo Sewu sudah terpasang sling pengaman untuk panduan & pegangan pendaki, terlebih saat jalur licin. Sepuluh menit, kami sampai di simpang ke kanan mengarah ke Pos I. Jalan mulai dari sini berupa makadam, batu yang sudah ditata rapi dengan beberapa warung penduduk berbaris. Lebarnya cukup lah untuk mobil lewat. Mulai terlihat pemandangan area Dieng Plateau dengan warna merah siluet nyala api gas alam dibeberapa titik. Setengah jam kemudian kami sampai di POS I SIKUT DEWO. Di sini ada pos pengecekan tiket pendakian. Mulai dari sini, jalan kembali satu jalur dengan tanjakan yang lumayan. Disebelah kiri-kanan jalur juga sudah dipasang sling pengaman. Ada juga beberapa warung penduduk berdiri di area ini. Sekitar 15 menit jalan, mulai ngalamat. Perut terasa panas tanda-tanda mau erupsi. Sialnya spot untuk keperluan itu masih sangat terbatas karena masih berupa ladang penduduk dengan tanaman mayoritas kentang. Apa boleh buat, karena memang ditahan sudah ndak nahan. Puji Tuhan, ada aja bisikan yang mengarahkan saya ke lokasi aman.

Setelah perut lega, gantian mata yang lengket..haadehh!! Ini karena dari pagi kemarin saya gak ada istirahat. Ditambah di Basecamp tadi juga gak sempet tidur. Yang ada dari Pos I sampai Puncak nanti saya jalan sambil nahan ngantuk berat. Badan dan kaki sebenernya masih ringan, tapi mata yang lengket sungguh menjadi masalah buat saya. Saya paksain untuk bisa leading sekitar 10 – 15 menit didepan, dengan harapan dilokasi yang tepat dengan jarak yang cukup, saya bisa break tidur sambil nunggu yang dibelakang. Cukup efektif, hingga saya bisa tetep jalan naik terus. Satu jam kemudian sekitar jam 3.00 saya baru sampai di POS II CANGGAL WALANGAN. Trek sudah mulai masuk ke hutan pinus dengan tanjakan yang terjal. Mata semakin lengket, badan juga ikutan lemes. Disini saya istirahat nunggu team-mate di belakang. Dan setelah team ngumpul lagi, saya berangkat duluan, leading. Dengan harapan yang sama. Bisa nyuri waktu buat tidur.

Hingga satu jam kemudian, sekitar jam 4.00 kami sudah sampai di POS III CACINGAN. Kondisi nambah lemes dan ngantuk. Sempet istirahat 10 menit tidur pules, bener-bener blenk. Karena kebetulan gak ada pendaki yang lewat. Sangat membantu, karena begitu bangun tersadar, badan jadi lebih seger. Persis seperti hape yang baru aja di Hard Resetrestart cabut batere.
Dengan sisa tenaga, sekitar setengah jam berikutnya, saya sampai di  POS PELAWANGAN. Ambil jalur datar ke kanan mengarah ke SUNRISE CAMP. Cari area kemah dan langsung bangun Doom, jam 5.00 saya sudah siap masak teh anget dan mie rebus sambil nunggu Sunrise. Kebetulan saya dapat lokasi tenda di area rata asik di bawah pohon besar. Tenda sengaja saya tandai dengan bendera doa watna-warni biar pagi nanti gampang ketemu.

Pagi jam 6.00 sudah sangat ramai pendaki yang hunting Sunrise. Puji Tuhan, dengan kabut tipis yang makin menambah sangar pemandangan Sumbing – Sindoro di kejauhan. Saya dan kami semua sangat beruntung pagi itu, cerah meski dengan sedikit kabut, tanpa hujan, tanpa debu..Sempurna!! Semua area di Puncak Sunrise terlihat jelas, sangat cantik dengan rumpun-rumpun bunga Daisy dan hijaunya rumput Sabana Prau.
Cocok banget kalau kita bisa bawa anak dan istri kita nge-camp disini. Pemandangan A1 dengan trek yang cukup bersahabat.



Sindoro Mt dikejauhan..

Bellis Perennis..


Hampir satu jam setengah kami habiskan dengan foto-foto. Tanpa keinginan untuk menjelajah ke PADANG LONTE SORE, PUNCAK DEWO ( bisa ditempuh melalui pos Pelawangan sebelum Puncak Sunrise ambil jalur ke kiri naik ), BUKIT TELETUBIES, KANDANG BANTENG ( TELOGO WARUNG ) dan Puncak Gunung Prau 2565 MdPL. 



Trade Mark 


 - The Team -

S U N R I S E 

Dan saya, karena sadar jalan kembali pulang ke rumah masih sangat sangaat jauh, setengah jam kedepan saya prepare & packing, tanpa sempat sarapan. Hanya roti dan teh panas untuk ganjal perut sementara. 
Tepat jam 8.00 saya start turun. Kebetulan saat itu kabut sudah mulai naik menutup Sumbing – Sindoro, the main object view in Prau.



@dhanursubuyar

Hammocking at Sunrise Camp Area

The safest Place for my fragile Soul..

Trek Pos II - Pos III


View Dieng Plateau


Sepanjang jalan turun, pemandangan Dataran Tinggi Dieng setia menghiasi. Dan sekitar jam 10.00, saya, kami sudah sampai kembali di Basecamp. Kembaliin nesting sewaan dan bayar parkir, kami langsung mengarah pulang. Sebenernya kita rencana pengen muter-muter dulu di  Wonosobo, nyobain Mie Ongklok + sate, khasnya Wonosobo. Tetapi karena saya tertinggal jauh di belakang, dan kebetulan saya nemu jalur alternatif yang kemudian membuat saya terpisah dari team. Maka batal sudah makan mie Ongklok yang seumur-umur imut saya belum nyobain.
Tanpa hujan pula, via Dieng - Wonosobo - Parakan - Kedu - Kaloran - Sumowono - Ungaran, kurang lebih 120 km, jam 12.30 saya sudah sampai di Sarmili Basecamp. Sehat, bahagia...



Golden Sunrise??



Selasa, 12 September 2017

GUNUNG ANDONG 1726 Mdpl SOLO CLIMBING Via BASECAMP SAWIT - CATATAN PERJALANAN SARMILI MEMBER




9 September 2017

Seminggu sebelumnya, kami SARMILI sudah sepakat, weekend ini kami dan Claus akan naik ke Gunung Prau, Dieng. Anggi, Mas Hari dan Akhjad siap. Claus pun siap. Sebenernya memang dari awal saya yang paling pengen bisa naik gunung lagi. Apa daya, sampai menjelang hari H, ternyata mereka masing-masing punya tanggung jawab yang lebih penting. Satu per satu mereka confirmed  batal berangkat. Saya pun sebenernya sudah nyerah. Sampai akhirnya malam sabtu, diantara galau batal muncak, tiba-tiba kepikiran kenapa ndak nyoba ke Andong. Dengan pertimbangan jarak dan ketinggian, rasanya cukup aman kalaupun harus berangkat sendiri. Sambil ronda, searching di internet dan tanya-tanya ke Akhjad yang udah pernah ke Andong. Positip..besok paginya, saya mantepin untuk tetep berangkat meskipun sendiri.

Sabtu siang, langsung prepare belanja logistik dan packing. Kebetulan semua sudah ada, dari flysheet sampai panci dan carrier. Hanya belanja secukupnya saja. Rencana, saya berangkat jam 19.00 malem. Sorenya, masih sempet ke Gereja, dan sambil nginget-inget apa yang masih kurang. Pamit ke istri dan keluarga, sebenernya mereka juga berat karena tau saya naik sendirian. Terlebih Aro, anak saya gak ngasih ijin bapaknya naik gunung. Tapi cukup dimodusin pake es krim, akhirnya dia mau ACC surat ijin mendaki saya.

Jam 20.00 setelah prepare & packing dan setelah makan Nasi Goreng Kambing ala chef Akhjad, saya berangkat via  Bawen - Ring Road Salatiga - Kopeng - Pasar Ngablak, sejauh 42 km. Bulan dan bintang tak nampak meski tanpa gerimis. Baru jam 21.15 saya sampai di Basecamp Sawit di desa Girirejo, Kecamatan Ngablak. Disambut kabut dengan sedikit gerimis dan sapa ramah warga serta petugas cantik di Pos Pendaftaran. Langsung masuk Basecamp  untuk siap-siap. Disana, malam itu sangat banyak pendaki, bahkan area parkir motor pun sangat penuh. Sambil mantau cuaca yang tetep berkabut, saya sekalian nunggu perut meledak, mumpung masih dekat dengan WC umum, dengan harapan diatas sudah bebas dari hasrat mules.



 Tiket Masuk dan Parkir = Rp.13.000,-


Basecamp - Pos II

Sekitar jam 22.15 saya mantap berangkat, dengan kondisi cuaca yang masih berkabut. Saya berjalan sendirian melewati lahan pertanian penduduk yang sudah di plester, sampai ketemu simpangan WC ambil ke arah kanan naik. Baru 15 menit kemudian ketemu orang lagi tepat menjelang check point pemeriksaan tiket. Ternyata didepan saya banyak rombongan yang istirahat di pos pengecekan. Masuk hutan Pinus, disambut rontokan embun yang jatuh dari daun. Semakin naik semakin deras, serasa diguyur hujan. Bahkan bag cover carrier saya basah parah. Sekitar 10 menit saya sampai di Pos I. Trek dari check point  sampai ke pos I masih lumayan, dengan tanjakan tepat sebelum pos I. Pos ini berupa bangunan gubug kayu dan beberapa bangku untuk beristirahat. Saat siang hari view disini full pohon pinus 360 derajat. Adeeemm.. 

Kebetulan saat itu Pos I sudah penuh dengan pendaki yang tidur didalam pos. Karena penuh orang, maka saya lanjut naik untuk nyari tempat yang agak luas. Keringat dan gerah memaksa saya membuka jaket. Sekitar 5 menit kemudian saya siap lanjut jalan. Terasa berat kaki melangkah karena sempat sebelum berangkat saya cek tensi ternyata droop. Untung sebelum berangkat sempet digorengin nasi kambing sama om Akhjad. Pelan-pelan, berharap cuaca membaik dan kaki segera panas, tak terasa sekitar 15 menit kemudian saya sampai di Pos II. Dengan trek yang nanjak stabil tanpa bonus, sendirian pula. Hampir sama dengan Pos I, Pos II berupa bangunan gubug kayu dan area yang cukup rata untuk beristirahat. Sampai disini, dada saya terasa panas. Akhirnya saya rebahan di Pos II sampai sekitar 10 menit. Bahkan sempet saya bakar rokok sebungkus dan makan O*eo satu karung.

Pos 2  -  Puncak

Sekitar jam 23.10 saya lanjut naik. Dengan cuaca yang mulai membaik, dengan pasti saya semangaat menuju Puncak Andong. Ada enaknya ternyata Solo climbing. Kita jadi bebas ngatur tempo pendakian tanpa ngerasa nggak enak atau dongkol sama teman. Kondisi trek semakin ke atas semakin terbuka, pohon cemara juga sudah mulai berkurang. Nanjak masih stabil, 15 menit kemudian saya sampai di Sumber Mata Air. Dari awal saya sudah tau ada mata air di Andong, tapi sengaja untuk kebutuhan air saya siapkan 2 botol 1.5 liter + 1 botol 600 ml sejak dari rumah. Karena kebetulan air masih banyak, kaki juga sudah panas, saya langsung lanjut ke arah puncak. Sekitar 15 kemudian saya sudah sampai di simpangan ( Pos III ); ke kiri ke makam, ke kanan arah ke Puncak. Langsung segar badan, lanjut mengarah ke Puncak. Lima menit kemudian saya sudah di Puncak Andong. Kondisi penuh tenda pendaki dan kabut penuh butiran air. Sambil nyari lokasi camp,  saya sampai di awal ujung Jembatan Setan Geger Sapi. Tepat di samping semak ada lokasi sedikit miring pas untuk tenda saya. Kebetulan saat itu ada pendaki dari Salaman Magelang yang juga lagi nyari lokasi. Setelah diskusi sebentar, kami putuskan bangun tenda diarea itu, kita tetanggaan. 

Jam 23.45 tenda kami sudah siap. Cuaca masih berkabut, dan perut juga sudah mulai lapar meski cuaca tidak ekstrim dingin. Langsung saya bongkar logistik, masak air. 10 menit kemudian saya sudah makan mie soto pedas bertabur sayur sawi segar + teh manis hangat dengan ditemani kompilasi Ana Viana Mp3 Koplo Next GenerationApalagi semua saya siapkan dan lakukan sendirian, makin terasa damai dan puasnya...
Habis makan, bakar rokok sambil rebahan di tenda, masih setia dengerin Ana Viana nyanyi di sautin angin diluar yang mulai kenceng. Sangat bersyukur dengan perjalanan malam itu..



menyambut pagi dengan segelas kopi

Suasana Kamar Presidential Suit


Jam 1.00 saya mulai siap-siap bobok ganteng. Malem itu saya tidur dengan sangat nyaman, tanpa gerah tanpa kedinginan. Sampai akhirnya panggilan alam mau ndak mau membuat saya terbangun jam 5.15 pagi. Beruntung saat itu kabut, jadi saya bisa nyari lokasi di area sabana tanpa terdeteksi pendaki lain. Dua kali pula.. alamak planning awal gagal total. Nggak kebayang kalau cuaca cerah..setengah mati pasti nyari tempat pup!!!

Setelah lega, saya masak air sambil terus berharap cuaca membaik. Kebetulan saya bawa kopi instan, Tiwus Self Drip Instant dari @tukikopi. Yang ternyata memang smooth. Sesuai cerita dan review yang saya denger. Kebetulan tetangga sebelah juga coffee lover. Sekalian saya minta direview kopinya. Kebanyakan air dikit, tapi enak...!!!




Tiwus Self Drip Instant di puncak Andong


Sebetulnya di Puncak Andong dan Puncak Alap-Alap sudah ada warung yang katanya hanya buka tiap weekend. Pake genset lagi..Jadi buat yang mau tik-tok, tinggal memperhatikan faktor cuaca dan perlu tidaknya bawa tenda, sedangkan untuk logistik sudah pasti terjamin.

Jam delapan pagi...masih berkabut, angin juga semakin kenceng. Tak pernah berhenti berharap ada keajaiban matahari muncul dari tengah kabut, saya lanjut ke puncak Alap-alap, unjung Gunung Andong, melewati Geger Sapi. Saayaaang baangeett.. kabut, but, but....
karena nggak ada pemandangan apapun selain penuhnya tenda pendaki dan angin yang main-mainin debu,  10 menit kemudian saya sudah sampai kembali di tenda saya. 
Patah hati, langsung bongkar tenda, packing, lanjut turun. 
Dengan males-malesan akhirnya jam 9 saya mulai turun gunung. Mampir di Andong Peak untuk foto-foto. 




Camp Area Puncak Andong




Andong Peak 1726 Masl

Puncak - Basecamp

10 September 2017
Ternyata kecantikan Gunung Andong yang sebenarnya baru mulai keliatan. Memang dari puncak sampai batas vegetasi / mata air hanya kabut sejauh mata memandang. Tapi setelah masuk hutan pinus baru terlihat cakepnya hutan pinus Andong.
Sekitar satu jam saya baru sampai di basecamp karena keenakan di hutan pinus Pos I dan Pos II. Apalagi banyak adek-adek gemes yang barengan turun saat itu.



View Hutan Pinus Di Bawah Pos I

View Pos II



New Friends


@dhanursubuyar


Akhirnya, jam 10.30 saya sudah ngadem di basecamp. Istirahat bentar langsung mengarah pulang. Efek dari tensi darah droop sangat terasa. Badan rasanya mau tumbang. Tapi karena kena angin dingin lereng Merbabu, badan jadi agak enakan. Sampai di Ngablak saya inget temen lama dulu waktu SMA. Ada 4 orang temen saya di kampung itu. Saya sempatin mampir dan ketemu mereka. Semua sehat. Sekitar jam 13.00 saya lanjut mampir Goa Maria Kerep Ambarawa via Banyu biru - Muncul. Baru setelahnya saya langsung pulang. Kebetulan tanpa macet dan tanpa hujan, saya sampai di Basecamp Sarmili tepat jam 15.00. Masih sempet bobok sampai jam 17.00 mulihin tenaga dan pamer foto ke Akhjad. Ha ha ha ...







Rabu, 26 Juli 2017

PUNCAK GUNUNG MERAPI part 2 via NEW SELO - CATATAN PERJALANAN SARMILI MOUNTAIN MADNESS

*welcome to the world, Keanu...



-majestic merapi-

HAPPY LIFE IS SIMPLE..eat, sleep and hike!!


ini ketiga kalinya saya naik ke Merapi..

7 tahun lalu untuk yang pertama kali, dan 4 bulan kemarin untuk yang kedua..dua kali itu pula berakhir di Pos II dan batas pendakian Pasar Bubrah. Badai di Pasar Bubrah dan mabuk pesawat, alasan kenapa saya gagal summit didua kesempatan itu. 

Ketiga kalinya ini, kami, TIM SARMILI berangkat berlima; Anggi, Ajeng, Mas Hari, saya dan temen kuliah dulu Claus. Akhjad terpaksa tidak bisa ikut karena ada Tirta, anaknya. 
Tiga minggu sebelumnya kami sudah deal rencana ke Merapi. Sewa dan belanja logistik sedikit terbantu karena mas Hari sudah beli Carrier, tenda dan Flysheet. Untuk Nesting, lampu tenda dan Sleeping bag kami masih harus sewa.

Sabtu, 22 Juli 2017 

Setelah dari pagi harinya saya belanja logistik, kami berangkat jam 16.30 dari Basecamp Sarmili. Kami berangkat via Magelang - Ketep - Selo untuk sekalian jemput Claus dan nganter uti nya Alisha. Sempet panik karena mendung yang kayaknya udah berat banget, tinggal jatuhnya. Stick to the plan..kepalang tanggung, kami nekat berangkat. Sampai di Magelang sekitar jam 17.30. Kami nganter Alisha dan sekalian jemput Claus. Jam 18.15 kami berangkat ke Selo via Blabak. Sialnya, tinggal sekitar 2 Km menjelang simpang Kalibaru Selo, jalan Ketep - Selo macet total karena ada pengecoran jalan. Hampir satu jam kami nunggu dibawah tebaran bintang. Dan akhirnya kami baru sampai di Basecamp Barameru sekitar jam 21.00 malem. Langit cerah dari empat penjuru dan Milkyway terlihat emejing. Ngurus pendaftaran, simaksi dan urus parkir di New Selo, kami baru bisa start jam 22.05 dari parkiran New Selo.


Parkiran New Selo - Pos II ( 2534 mdpl )

Berdoa dan yakin kuat. Saat itu meski sudah cukup malam, tapi masih ada beberapa kelompok yang baru start naik. Beberapa kali kami overtake rombongan pendaki, sampai perut saya panas dan akhirnya saya muntah. Mungkin di parkiran tadi terlalu banyak makan cilok pedes. 
Lumayan berat langkah kaki dan lumayan ngantuk, tapi setelah muntah, perut nyaman dan perlahan kaki mulai panas meski mata masih lengket. Kondisi trek kering, aman tapi berdebu dibeberapa titik. Kami nanjak stabil dengan saling berdekatan sampai sekitar 1,5 jam kemudian kami tiba di Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi. Senter saya mati, meski dengan batere baru. Terpaksa untuk penerangan saya harus pake flash dari Hp. Tanpa istirahat kami lanjut keatas sampai sekitar 1 jam kedepan kami baru sampai di POS I WATU BELAH

Kami istirahat sekitar setengah jam, ngerokok, ngemil dan ngobrol kirun sambil menikmati view Milkyway. Meski cerah tapi sangat dingin cuaca malam itu. Daripada kami kedinginan, kami lanjut nanjak pelan sambil nunggu kaki panas lagi. Sekitar satu jam dihajar trek ke pos II Merapi, akhirnya kami sampai di sekitar Pos II , sekitar jam 02.00. Kami sepakat untuk cari lokasi untuk ngecamp. Di Pos II ini area kempingnya ada di bawah sebelah kanan treknya. Sepintas dari jalan memang hanya bisa menampung beberapa tenda. Tapi coba cari area diantara pohon-pohon Cantigi. Banyak area yang bisa untuk ngecamp. Seandainya terjadi badai akan lebih aman karena terlindung oleh pohon-pohon. Setelah dirasa aman dan cukup luas, kami buat dua tenda. Saya kebagian nyiapin logistik, sementara Anggi Ajeng Mas Har dan Claus merangkai tenda. Setengah jam kemudian, tenda siap, teh manis panas dan mie rebus pedas menyusul siap.
Satu tenda Anggi dan Ajeng, satu lainnya; saya, Mas Hari dan Claus. Sekitar jam 2.30 kami lanjut tidur. Puji Tuhan, nyaman tanpa kedinginan ataupun gerah dan tanpa ada yang ngorok, kami pules tidur sampai sekitar jam 5 pagi, Anggi dan Ajeng bangunin kami untuk Summit. Kami memang sepakat untuk tidak ngejar sunrise di Puncak. 

Pos II - Puncak Tusuk Gigi

Setelah packing,  beberapa barang kami kunci di tenda. Snack, nasi lele, dua Carrier, satu Daypack dan 2 botol air 1,5 liter kami bawa ke puncak. Keluar dari area camping  kami berbagi bersama matahari yang saat itu tepat di horizon. Setelah foto-foto, kami lanjut naik. Sekitar jam 6.00 kami sudah melewati batas vegetasi, Watu Gajah. Terlihat puncak Merapi yang gagah setia memprovokasi mental dan fisik kami. Termasuk perut saya, mules udah mulai terasa dititik terdalam perut saya. Sedikit teralihkan oleh pemandangan sempurna 360 derajat. Gagahnya punggungan bukit merapi dan cantiknya Merbabu terbentang sebagai tambahan bonus perjalanan semalam. It's all worth to fight for..

Menuju area Pasar Bubrah, Anggi dan Ajeng leading didepan, sekitar setengah jam kemudian kami sampai di Pasar Bubrah. Batas terakhir pendakian aman..break sekitar 10 menit, sambil kami mlongo dengan penampakan trek ke atas. Kelihatan sadis dan rawan badai. Sangat curam dan terjal tanpa ada perlindungan. Mantepin hati dan kaki..yakin bisa..lanjut otewe mengarah ke Puncak.



 Pasar Bubrah 


take off to the moon..


Sebagai catatan, Semua pendakian Merapi sebenarnya hanya diijinkan sampai di Pasar Bubrah. Untuk selebihnya, pendakian menjadi tanggung jawab pribadi pendaki masing-masing. Jadi, untuk pendaki yang memang tidak dalam keadaan baik, apalagi tidak yakin.. disarankan untuk balik kanan, mundur teratur. Sangat berbahaya, baik kondisi trek maupun kemiringan treknya. 
Selepas Pasar Bubrah, trek sepenuhnya krikil kecil dan pasir. Sangat melelahkan, bahkan tiap maju dua langkah kita dapat bonus melorot satu langkah plus pasir krikil masuk ke sepatu..Sumpah..
Sangat dianjurkan untuk pemakaian Gaiter biar sepatu ndak kemasukan pasir.

Ada 3 jalur trek yang sama-sama menanjak dan curam, yang nantinya ketemu di satu jalur. Menuntut kita untuk sangat berhati-hati. Saya memilih lewat jalur paling kiri. Setengah pendakian ke puncak, saya sampai di simpangan turun ke kiri mengarah ke punggungan batu. Anggi dan Ajeng tetap lewat jalur tengah, sementara Claus lewat jalur yang paling kanan. Asli tersiksa betul di trek pasir. Karena beban carrier yang tidak terlalu berat, saya dan mas Hari ambil jalur ke kiri lewat tebing batu. Lumayan enak tanpa harus melorot. 




50 Meter dibawah Puncak



Batu terakhir sebelum area Puncak Tusuk Gigi


Mulai dari sini sampai ke puncak, batuan vulkanik jadi trek yang harus dilewati. Ajeng dan Anggi jauh leading di depan. Hingga sekitar 45 menit berikutnya, saya menyusul Anggi dan Ajeng tiba di simpang puncak Merapi. Saya ambil jalur ke kanan mengarah ke Puncak Tusuk Gigi. Sempet ngeper begitu ngelihat jurang kawah merapi yang massif.  Yakin saya mampu, akhirnya saya masih harus manjat batu terakhir ke area Puncak Tusuk Gigi. Sekitar jam 7.45 pagi saya sampai di area aman di Puncak Tusuk Gigi.

Merapi memang asli gagah, sangat bangga kaki saya boleh menginjak satu sisi puncaknya. Pesen saya, untuk sangat berhati-hati di area puncak ini, karena kita berhadapan dengan kawah yang sangat dalam dan dilain sisi jurang punggungan puncak yang terjal. Selain itu area yang sempit dan kondisi batuan yang labil di beberapa titik. 

Sambil nunggu Mas Hari dan Claus sampai di Puncak. Saya bongkar logistik untuk masak air. Dari bawah sengaja kami bawa bekal nasi lele sambel tomat. 20 menit kemudian Mas Hari dan Claus sampai di Puncak, teh panas siap kami pun langsung sarapan. Sambel dari uti nya Alisha, menjadi penyempurna berkah pagi itu.  Nikmat mana lagi yang kau dustakan broo???



Simpangan Puncak



SARMILI di Puncak Merapi



jauhhhh, masih gantengan ane....


Selesai sarapan di Puncak Gunung Merapi, lanjut foto-foto. Kebetulan ada om bule dari Rusia. Sekalian kita ajak foto sama-sama. Meski tepat dibibir kawah, kebetulan arah angin mengarah ke kawah, menjauhkan uap gas belerang dan kemungkinan gas beracun dari kami. Satu lagi kesempurnaan pagi di Puncak Merapi.

Turun Puncak - New Selo

Puas foto-foto di puncak, kami turun sambil selfie dan wefie. Sangat bersyukur diijinkan Tuhan mencumbu Merapi yang Agung. Sepanjang jalur turun ke Pasar Bubrah, masih banyak kami bertemu pendaki yang mengarah ke Puncak. Hingga kami sampai pada jalur pasir dan kerikil. Disini kami gantian merasa sangat bersyukur, karena seolah-olah jalan dua langkah ke bawah dikasih satu bonus langkah ikut pasir yang melorot. 



Trek Pasir dan Kerikil


Jam 9.10 kami sudah sampai di Plang peringatan batas pendakian area Pasar Bubrah. 
Kami istirahat sambil foto-foto lagi dengan background Majestic Merapi. Sekitar setengah jam berikutnya kami baru sampai di Plang Pasar Bubrah. Foto-foto alay lagi( dari 3 Hp kita, baru saya tau ada 450an foto yang kita ambil saat itu ), berbanding terbalik dengan 4 bulan lalu, terakhir kami kesini. Saat itu kami dihajar badai sejak sampai di Pasar Bubrah. View ke atas 0% saat itu. 

Sekitar 10 menit kemudian kabut mulai naik menutup sisi kiri Puncak Merapi arah turun ke Watu Gajah. Merbabu menghilang terhalang kabut. Ya udah sih, karena sudah puas foto-foto ini dan spot foto juga terbatas, kami langsung lanjut. Sekitar jam 10.00 kami sudah sampai di Pos II, area Camping kami.
Saya langsung masak untuk bikin teh dan kopi. Yang lain bongkar tenda dan packing untuk turun. Kebetulan Claus, sore harus sudah kembali ke Jogja. Setelah packing siap, kami masih lanjut untuk beberapa saat,  nikmatin teh anget sambil bakar rokok. 


Setengah sebelas, kami turun mengarah ke Pos I. Karena tidak begitu berat pendakian kali ini, santai kami berjalan hingga satu jam berikutnya kami sampai di Pos I. Karena Pos I penuh dengan pendaki, kami istirahat sekitar 10 menit di bawah Pos I. Anggi, Claus dan Ajeng didepan, saya dan Mas Hari berdua di belakang. Satu jam berikutnya kami sampai di Gerbang Taman Nasional. Istirahat lagi sekitar 10 menit. Dan akhirnya kami sampai di New Selo sekitar jam 13.00. Masih dengan cuaca yang cerah, secerah hati kami..


Langsung cuci kaki dan bersih-bersih. Sempet makan siang sebentar, jam 13.30 setelah ambil KTP di Basecamp Barameru, kami langsung pulang ke Magelang. Kondisi jalan juga masih macet dititik yang sama dengan semalam. Jam 15.00 kami sampai di Magelang untuk nganter Claus dan jemput Alisha. 

Fix, jam 15.30 kami pulang ke Ungaran. Dan Puji Tuhan kami sampai di Ungaran sekitar jam 17.30. Kalau kemarin pulang dari Merapi Anggi yang menyambut kami dengan senyum kecut, kali ini Akjhad yang menyambut kami dengan berkaca-kaca..