-SEBUAH CATATAN PERJALANAN-
ESTER..Teman SMP dulu berencana naik ke Gunung Prau
sama temen-temennya. Dia nawarin saya untuk ikut gabung. Karena saya
memang sudah lama banget pingin trekking ke Prau, tanpa pikir panjang lagi langsung saya iya-in aja. Weekend datang, dan ronda pun menghadang.
Sambil nunggu ronda, saya prepare
barang dan logistik. Carrier, tenda
dan semua alat sudah siap. Tinggal besok pagi belanja logistik. Dari yang saya denger, trekking ke Prau tidak begitu ekstrim, jadi saya cuma bawa Air 3 Botol @ 1,5 liter, 2 mie instan dan beberapa makanan ringan.
Sabtu pagi, 7 Oktober 2017, saya sudah bangun pagi. Saya baru tau, kebetulan hari itu tetangga komplek punya hajatan. Karena saya sudah janji
gabung Ester dan tidak bisa ikut selamatan maka saya pamit dan sebisa mungkin
saya bantu siap-siapin pasang lampu, tiker dll. Kebetulan juga malam itu ada
Rapat rutin lingkungan RT. Tapi karena janji, mau ndak mau terpaksa
saya tinggal.
Setelah yakin semua kebutuhan lengkap, tepat jam
17.30 saya berangkat sendirian via Bandungan – Sumowono – Kaloran - Temanggung. Rencana awal, saya akan singgah ke rumah Ester
di Temanggung. Dengan bantuan GPS maps, sekitar
satu jam jalan, jam 18.45 saya sampai di Temanggung. Sambil nunggu temennya
yang lain , kita ngobrol banyak dengan Ester dan keluarga, karena memang sudah hampir 20
tahun kami tidak ketemu. Sampai sekitar jam 21.30 temen-temen yang lain sudah
datang, langsung kami otewe ke Patak Banteng via Temanggung – Parakan – Kertek – Wonosobo – Dieng. Total jarak
tempuh saya dari Basecamp Sarmili kurang lebih 105 km. Sekitar 2 jam jalan, jalur lancar dengan
sedikit kabut saat mendekati Basecamp Patak Banteng.
Jam 00.00 tepat, kami sampai di Basecamp Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo. CP Basecamp :085 326 903 444 & 085 602 170 444 (call only). Parkiran sangat penuh dengan motor para pendaki. Sebenarnya agak down juga dengan kondisi ini. Terlalu ramai justru akan mengurangi kenikmatan pendakian.
Jam 00.00 tepat, kami sampai di Basecamp Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo. CP Basecamp :085 326 903 444 & 085 602 170 444 (call only). Parkiran sangat penuh dengan motor para pendaki. Sebenarnya agak down juga dengan kondisi ini. Terlalu ramai justru akan mengurangi kenikmatan pendakian.
Setelah mendaftar Rp. 45,000 ( empat ekor ), kami tidak langsung start, ternyata mereka masih mau istirahat tidur dulu satu jam.
Saya yang kebetulan sudah kedinginan dan gak bisa
tidur, terpaksa muter-muter sambil ngecek lagi bawaan saya. Alamak, baru ketauan, nesting ketinggalan. Untungnya di
Basecamp sangat komplit, kita bisa nyewa alat-alat dari senter sampai nesting. Nombok dah Rp.15,000. Tepat jam
01.00 dini hari, kami start. Kebetulan malam itu
cuaca lumayan cerah dengan bulan sedikit malu berselimut awan.
Pelan namun pasti kami menuju dan meniti ONDO SEWU. Jalur tunggal melewati ladang
kentang penduduk. Sepanjang jalur Ondo Sewu sudah terpasang sling pengaman
untuk panduan & pegangan pendaki, terlebih saat jalur licin. Sepuluh menit, kami sampai di simpang
ke kanan mengarah ke Pos I. Jalan mulai dari sini berupa makadam, batu yang
sudah ditata rapi dengan beberapa warung penduduk berbaris. Lebarnya cukup lah untuk mobil lewat. Mulai terlihat pemandangan
area Dieng Plateau dengan warna merah siluet nyala api gas alam dibeberapa titik.
Setengah jam kemudian kami sampai di POS
I SIKUT DEWO. Di sini ada pos pengecekan tiket pendakian. Mulai dari
sini, jalan kembali satu jalur dengan tanjakan yang lumayan. Disebelah kiri-kanan jalur juga sudah dipasang sling pengaman. Ada juga beberapa warung penduduk berdiri di area ini. Sekitar 15 menit jalan, mulai
ngalamat. Perut terasa panas tanda-tanda mau erupsi. Sialnya spot untuk keperluan itu
masih sangat terbatas karena masih berupa ladang penduduk dengan tanaman mayoritas
kentang. Apa boleh buat, karena memang ditahan sudah ndak nahan. Puji Tuhan,
ada aja bisikan yang mengarahkan saya ke lokasi aman.
Setelah perut lega, gantian mata yang lengket..haadehh!! Ini
karena dari pagi kemarin saya gak ada istirahat. Ditambah di Basecamp tadi
juga gak sempet tidur. Yang ada dari Pos I sampai Puncak nanti saya jalan sambil nahan ngantuk
berat. Badan dan kaki sebenernya masih ringan, tapi mata yang lengket sungguh menjadi masalah buat saya. Saya paksain untuk bisa
leading sekitar 10 – 15 menit didepan, dengan harapan dilokasi yang tepat dengan jarak yang cukup, saya
bisa break tidur sambil nunggu yang dibelakang. Cukup efektif, hingga saya bisa
tetep jalan naik terus. Satu jam kemudian sekitar jam 3.00 saya baru sampai
di POS II CANGGAL WALANGAN. Trek sudah
mulai masuk ke hutan pinus dengan tanjakan yang terjal. Mata semakin lengket,
badan juga ikutan lemes. Disini saya istirahat nunggu team-mate di belakang. Dan setelah team ngumpul lagi, saya berangkat duluan, leading. Dengan harapan yang sama. Bisa nyuri
waktu buat tidur.
Hingga satu jam kemudian, sekitar jam 4.00 kami
sudah sampai di POS III CACINGAN. Kondisi
nambah lemes dan ngantuk. Sempet istirahat 10 menit tidur pules, bener-bener blenk.
Karena kebetulan gak ada pendaki yang lewat. Sangat membantu, karena begitu
bangun tersadar, badan jadi lebih seger. Persis seperti hape yang baru aja di Hard Reset, restart
cabut batere.
Dengan sisa tenaga, sekitar setengah jam
berikutnya, saya sampai di POS PELAWANGAN.
Ambil jalur datar ke kanan mengarah ke SUNRISE
CAMP. Cari area kemah dan langsung bangun Doom, jam 5.00 saya sudah siap masak teh anget dan mie rebus sambil nunggu Sunrise. Kebetulan
saya dapat lokasi tenda di area rata asik di bawah pohon besar. Tenda sengaja saya
tandai dengan bendera doa watna-warni biar pagi nanti gampang ketemu.
Pagi jam 6.00 sudah sangat ramai pendaki yang
hunting Sunrise. Puji Tuhan, dengan kabut tipis yang makin menambah sangar
pemandangan Sumbing – Sindoro di kejauhan. Saya dan kami semua sangat beruntung
pagi itu, cerah meski dengan sedikit kabut, tanpa hujan, tanpa debu..Sempurna!! Semua area di Puncak Sunrise terlihat jelas, sangat cantik dengan rumpun-rumpun bunga Daisy dan hijaunya rumput Sabana Prau.
Cocok banget kalau kita bisa bawa anak dan istri kita nge-camp disini. Pemandangan A1 dengan trek yang cukup bersahabat.
Cocok banget kalau kita bisa bawa anak dan istri kita nge-camp disini. Pemandangan A1 dengan trek yang cukup bersahabat.
Sindoro Mt dikejauhan..
Bellis Perennis..
Hampir satu jam setengah kami habiskan dengan
foto-foto. Tanpa keinginan untuk menjelajah ke PADANG LONTE SORE, PUNCAK DEWO ( bisa ditempuh melalui pos Pelawangan sebelum Puncak Sunrise ambil jalur ke kiri naik ), BUKIT TELETUBIES, KANDANG BANTENG ( TELOGO WARUNG ) dan Puncak Gunung Prau 2565 MdPL.
Dan saya, karena sadar jalan kembali pulang ke rumah masih sangat sangaat jauh, setengah jam kedepan saya prepare & packing, tanpa sempat sarapan. Hanya roti dan teh panas untuk ganjal perut sementara.
Tepat jam 8.00 saya start turun. Kebetulan saat itu kabut sudah mulai naik menutup Sumbing – Sindoro, the main object view in Prau.
Trade Mark
- The Team -
S U N R I S E
Dan saya, karena sadar jalan kembali pulang ke rumah masih sangat sangaat jauh, setengah jam kedepan saya prepare & packing, tanpa sempat sarapan. Hanya roti dan teh panas untuk ganjal perut sementara.
Tepat jam 8.00 saya start turun. Kebetulan saat itu kabut sudah mulai naik menutup Sumbing – Sindoro, the main object view in Prau.
@dhanursubuyar
Hammocking at Sunrise Camp Area
The safest Place for my fragile Soul..
Trek Pos II - Pos III
Sepanjang jalan turun, pemandangan Dataran Tinggi Dieng setia menghiasi. Dan sekitar jam 10.00, saya, kami sudah sampai kembali di Basecamp. Kembaliin nesting sewaan dan bayar parkir, kami langsung mengarah pulang. Sebenernya kita rencana pengen muter-muter dulu di Wonosobo, nyobain Mie Ongklok + sate, khasnya Wonosobo. Tetapi karena saya tertinggal jauh di belakang, dan kebetulan saya nemu jalur alternatif yang kemudian membuat saya terpisah dari team. Maka batal sudah makan mie Ongklok yang seumur-umur imut saya belum nyobain.
Tanpa hujan pula, via Dieng - Wonosobo - Parakan - Kedu - Kaloran - Sumowono - Ungaran, kurang lebih 120 km, jam 12.30 saya sudah sampai di Sarmili Basecamp. Sehat, bahagia...