Rabu, 26 Juli 2017

PUNCAK GUNUNG MERAPI part 2 via NEW SELO - CATATAN PERJALANAN SARMILI MOUNTAIN MADNESS

*welcome to the world, Keanu...



-majestic merapi-

HAPPY LIFE IS SIMPLE..eat, sleep and hike!!


ini ketiga kalinya saya naik ke Merapi..

7 tahun lalu untuk yang pertama kali, dan 4 bulan kemarin untuk yang kedua..dua kali itu pula berakhir di Pos II dan batas pendakian Pasar Bubrah. Badai di Pasar Bubrah dan mabuk pesawat, alasan kenapa saya gagal summit didua kesempatan itu. 

Ketiga kalinya ini, kami, TIM SARMILI berangkat berlima; Anggi, Ajeng, Mas Hari, saya dan temen kuliah dulu Claus. Akhjad terpaksa tidak bisa ikut karena ada Tirta, anaknya. 
Tiga minggu sebelumnya kami sudah deal rencana ke Merapi. Sewa dan belanja logistik sedikit terbantu karena mas Hari sudah beli Carrier, tenda dan Flysheet. Untuk Nesting, lampu tenda dan Sleeping bag kami masih harus sewa.

Sabtu, 22 Juli 2017 

Setelah dari pagi harinya saya belanja logistik, kami berangkat jam 16.30 dari Basecamp Sarmili. Kami berangkat via Magelang - Ketep - Selo untuk sekalian jemput Claus dan nganter uti nya Alisha. Sempet panik karena mendung yang kayaknya udah berat banget, tinggal jatuhnya. Stick to the plan..kepalang tanggung, kami nekat berangkat. Sampai di Magelang sekitar jam 17.30. Kami nganter Alisha dan sekalian jemput Claus. Jam 18.15 kami berangkat ke Selo via Blabak. Sialnya, tinggal sekitar 2 Km menjelang simpang Kalibaru Selo, jalan Ketep - Selo macet total karena ada pengecoran jalan. Hampir satu jam kami nunggu dibawah tebaran bintang. Dan akhirnya kami baru sampai di Basecamp Barameru sekitar jam 21.00 malem. Langit cerah dari empat penjuru dan Milkyway terlihat emejing. Ngurus pendaftaran, simaksi dan urus parkir di New Selo, kami baru bisa start jam 22.05 dari parkiran New Selo.


Parkiran New Selo - Pos II ( 2534 mdpl )

Berdoa dan yakin kuat. Saat itu meski sudah cukup malam, tapi masih ada beberapa kelompok yang baru start naik. Beberapa kali kami overtake rombongan pendaki, sampai perut saya panas dan akhirnya saya muntah. Mungkin di parkiran tadi terlalu banyak makan cilok pedes. 
Lumayan berat langkah kaki dan lumayan ngantuk, tapi setelah muntah, perut nyaman dan perlahan kaki mulai panas meski mata masih lengket. Kondisi trek kering, aman tapi berdebu dibeberapa titik. Kami nanjak stabil dengan saling berdekatan sampai sekitar 1,5 jam kemudian kami tiba di Gerbang Taman Nasional Gunung Merapi. Senter saya mati, meski dengan batere baru. Terpaksa untuk penerangan saya harus pake flash dari Hp. Tanpa istirahat kami lanjut keatas sampai sekitar 1 jam kedepan kami baru sampai di POS I WATU BELAH

Kami istirahat sekitar setengah jam, ngerokok, ngemil dan ngobrol kirun sambil menikmati view Milkyway. Meski cerah tapi sangat dingin cuaca malam itu. Daripada kami kedinginan, kami lanjut nanjak pelan sambil nunggu kaki panas lagi. Sekitar satu jam dihajar trek ke pos II Merapi, akhirnya kami sampai di sekitar Pos II , sekitar jam 02.00. Kami sepakat untuk cari lokasi untuk ngecamp. Di Pos II ini area kempingnya ada di bawah sebelah kanan treknya. Sepintas dari jalan memang hanya bisa menampung beberapa tenda. Tapi coba cari area diantara pohon-pohon Cantigi. Banyak area yang bisa untuk ngecamp. Seandainya terjadi badai akan lebih aman karena terlindung oleh pohon-pohon. Setelah dirasa aman dan cukup luas, kami buat dua tenda. Saya kebagian nyiapin logistik, sementara Anggi Ajeng Mas Har dan Claus merangkai tenda. Setengah jam kemudian, tenda siap, teh manis panas dan mie rebus pedas menyusul siap.
Satu tenda Anggi dan Ajeng, satu lainnya; saya, Mas Hari dan Claus. Sekitar jam 2.30 kami lanjut tidur. Puji Tuhan, nyaman tanpa kedinginan ataupun gerah dan tanpa ada yang ngorok, kami pules tidur sampai sekitar jam 5 pagi, Anggi dan Ajeng bangunin kami untuk Summit. Kami memang sepakat untuk tidak ngejar sunrise di Puncak. 

Pos II - Puncak Tusuk Gigi

Setelah packing,  beberapa barang kami kunci di tenda. Snack, nasi lele, dua Carrier, satu Daypack dan 2 botol air 1,5 liter kami bawa ke puncak. Keluar dari area camping  kami berbagi bersama matahari yang saat itu tepat di horizon. Setelah foto-foto, kami lanjut naik. Sekitar jam 6.00 kami sudah melewati batas vegetasi, Watu Gajah. Terlihat puncak Merapi yang gagah setia memprovokasi mental dan fisik kami. Termasuk perut saya, mules udah mulai terasa dititik terdalam perut saya. Sedikit teralihkan oleh pemandangan sempurna 360 derajat. Gagahnya punggungan bukit merapi dan cantiknya Merbabu terbentang sebagai tambahan bonus perjalanan semalam. It's all worth to fight for..

Menuju area Pasar Bubrah, Anggi dan Ajeng leading didepan, sekitar setengah jam kemudian kami sampai di Pasar Bubrah. Batas terakhir pendakian aman..break sekitar 10 menit, sambil kami mlongo dengan penampakan trek ke atas. Kelihatan sadis dan rawan badai. Sangat curam dan terjal tanpa ada perlindungan. Mantepin hati dan kaki..yakin bisa..lanjut otewe mengarah ke Puncak.



 Pasar Bubrah 


take off to the moon..


Sebagai catatan, Semua pendakian Merapi sebenarnya hanya diijinkan sampai di Pasar Bubrah. Untuk selebihnya, pendakian menjadi tanggung jawab pribadi pendaki masing-masing. Jadi, untuk pendaki yang memang tidak dalam keadaan baik, apalagi tidak yakin.. disarankan untuk balik kanan, mundur teratur. Sangat berbahaya, baik kondisi trek maupun kemiringan treknya. 
Selepas Pasar Bubrah, trek sepenuhnya krikil kecil dan pasir. Sangat melelahkan, bahkan tiap maju dua langkah kita dapat bonus melorot satu langkah plus pasir krikil masuk ke sepatu..Sumpah..
Sangat dianjurkan untuk pemakaian Gaiter biar sepatu ndak kemasukan pasir.

Ada 3 jalur trek yang sama-sama menanjak dan curam, yang nantinya ketemu di satu jalur. Menuntut kita untuk sangat berhati-hati. Saya memilih lewat jalur paling kiri. Setengah pendakian ke puncak, saya sampai di simpangan turun ke kiri mengarah ke punggungan batu. Anggi dan Ajeng tetap lewat jalur tengah, sementara Claus lewat jalur yang paling kanan. Asli tersiksa betul di trek pasir. Karena beban carrier yang tidak terlalu berat, saya dan mas Hari ambil jalur ke kiri lewat tebing batu. Lumayan enak tanpa harus melorot. 




50 Meter dibawah Puncak



Batu terakhir sebelum area Puncak Tusuk Gigi


Mulai dari sini sampai ke puncak, batuan vulkanik jadi trek yang harus dilewati. Ajeng dan Anggi jauh leading di depan. Hingga sekitar 45 menit berikutnya, saya menyusul Anggi dan Ajeng tiba di simpang puncak Merapi. Saya ambil jalur ke kanan mengarah ke Puncak Tusuk Gigi. Sempet ngeper begitu ngelihat jurang kawah merapi yang massif.  Yakin saya mampu, akhirnya saya masih harus manjat batu terakhir ke area Puncak Tusuk Gigi. Sekitar jam 7.45 pagi saya sampai di area aman di Puncak Tusuk Gigi.

Merapi memang asli gagah, sangat bangga kaki saya boleh menginjak satu sisi puncaknya. Pesen saya, untuk sangat berhati-hati di area puncak ini, karena kita berhadapan dengan kawah yang sangat dalam dan dilain sisi jurang punggungan puncak yang terjal. Selain itu area yang sempit dan kondisi batuan yang labil di beberapa titik. 

Sambil nunggu Mas Hari dan Claus sampai di Puncak. Saya bongkar logistik untuk masak air. Dari bawah sengaja kami bawa bekal nasi lele sambel tomat. 20 menit kemudian Mas Hari dan Claus sampai di Puncak, teh panas siap kami pun langsung sarapan. Sambel dari uti nya Alisha, menjadi penyempurna berkah pagi itu.  Nikmat mana lagi yang kau dustakan broo???



Simpangan Puncak



SARMILI di Puncak Merapi



jauhhhh, masih gantengan ane....


Selesai sarapan di Puncak Gunung Merapi, lanjut foto-foto. Kebetulan ada om bule dari Rusia. Sekalian kita ajak foto sama-sama. Meski tepat dibibir kawah, kebetulan arah angin mengarah ke kawah, menjauhkan uap gas belerang dan kemungkinan gas beracun dari kami. Satu lagi kesempurnaan pagi di Puncak Merapi.

Turun Puncak - New Selo

Puas foto-foto di puncak, kami turun sambil selfie dan wefie. Sangat bersyukur diijinkan Tuhan mencumbu Merapi yang Agung. Sepanjang jalur turun ke Pasar Bubrah, masih banyak kami bertemu pendaki yang mengarah ke Puncak. Hingga kami sampai pada jalur pasir dan kerikil. Disini kami gantian merasa sangat bersyukur, karena seolah-olah jalan dua langkah ke bawah dikasih satu bonus langkah ikut pasir yang melorot. 



Trek Pasir dan Kerikil


Jam 9.10 kami sudah sampai di Plang peringatan batas pendakian area Pasar Bubrah. 
Kami istirahat sambil foto-foto lagi dengan background Majestic Merapi. Sekitar setengah jam berikutnya kami baru sampai di Plang Pasar Bubrah. Foto-foto alay lagi( dari 3 Hp kita, baru saya tau ada 450an foto yang kita ambil saat itu ), berbanding terbalik dengan 4 bulan lalu, terakhir kami kesini. Saat itu kami dihajar badai sejak sampai di Pasar Bubrah. View ke atas 0% saat itu. 

Sekitar 10 menit kemudian kabut mulai naik menutup sisi kiri Puncak Merapi arah turun ke Watu Gajah. Merbabu menghilang terhalang kabut. Ya udah sih, karena sudah puas foto-foto ini dan spot foto juga terbatas, kami langsung lanjut. Sekitar jam 10.00 kami sudah sampai di Pos II, area Camping kami.
Saya langsung masak untuk bikin teh dan kopi. Yang lain bongkar tenda dan packing untuk turun. Kebetulan Claus, sore harus sudah kembali ke Jogja. Setelah packing siap, kami masih lanjut untuk beberapa saat,  nikmatin teh anget sambil bakar rokok. 


Setengah sebelas, kami turun mengarah ke Pos I. Karena tidak begitu berat pendakian kali ini, santai kami berjalan hingga satu jam berikutnya kami sampai di Pos I. Karena Pos I penuh dengan pendaki, kami istirahat sekitar 10 menit di bawah Pos I. Anggi, Claus dan Ajeng didepan, saya dan Mas Hari berdua di belakang. Satu jam berikutnya kami sampai di Gerbang Taman Nasional. Istirahat lagi sekitar 10 menit. Dan akhirnya kami sampai di New Selo sekitar jam 13.00. Masih dengan cuaca yang cerah, secerah hati kami..


Langsung cuci kaki dan bersih-bersih. Sempet makan siang sebentar, jam 13.30 setelah ambil KTP di Basecamp Barameru, kami langsung pulang ke Magelang. Kondisi jalan juga masih macet dititik yang sama dengan semalam. Jam 15.00 kami sampai di Magelang untuk nganter Claus dan jemput Alisha. 

Fix, jam 15.30 kami pulang ke Ungaran. Dan Puji Tuhan kami sampai di Ungaran sekitar jam 17.30. Kalau kemarin pulang dari Merapi Anggi yang menyambut kami dengan senyum kecut, kali ini Akjhad yang menyambut kami dengan berkaca-kaca..