Selasa, 05 Desember 2017

GUNUNG SINDORO - BADAI MESRA DI SUNRISE CAMP

Gunung Sindoro..selalu menjadi salah satu opsi tujuan kami berikutnya. Sebenernya, bulan Desember ini saya berencana untuk trekking ke Semeru atau Raung, nanti pas libur Natal. Tapi karena bujet limit dan susah dapet Travel agent mau ndak mau cari pelampiasan lain.  Ternyata di awal bulan Desember ini ada long weekend, pas kontak temen-temen juga pada free, ya udah, jadilah kita sepakat tanggal 1 Desember ke Sindoro.

Dulu sewaktu kuliah, tahun 2008-an, saya pernah sekali trekking ke Sindoro. Tapi waktu itu mungkin hanya sampai pos 1, dan kali ini, hampir 10 tahun berselang saya rencana naik bareng anak-anak pabrik. Persiapan semua lancar. Rencana awal kita berangkat bertiga, Nopera dan Ricky. Sambil kontak temen yang lain ternyata Ester mau ikut. Dia sekalian ngajak Risqi dan Irvan. Selama prepare kita bagi tugas via Whatsapp. 

Senin 27 Nopember, dapet kabar dari berita kalau di sebelah selatan pulau Jawa saat itu sedang terbentuk bibit badai siklon tropis Cempaka. Yang otomatis berpengaruh ke cuaca di Jawa, terlebih sekitar Sindoro. Parahnya, belum Cempaka reda sudah ada bibit badai lagi, Si Dahlia. Jogja - Pacitan terhambur dihantam banjir, angin ribut, badai dan longsor. Keep positive, saya tawarkan ke temen-temen untuk menunda dulu, tapi karena semua udah bulet mantep lanjut, kami berangkat juga. Sadar karena peluang hujan badai sangat besar, kami prepare semua untuk kemungkinan terburuk. Kami juga saat itu yakin, banyak juga pendaki yang dari jauh hari planning naik Sindoro yang mau ndak mau tetep berangkat.

Basecamp Sarmili, Jumat, 1 Desember, 05.30 pagi, saya sudah bangun. Mandi dan siap-siap, langsung ke Boja via Gunung Pati, kira-kira 25 km. Sampai di Boja ketemu Ricky dan Nopera, kami sarapan dulu. Jam 8.00 kami otewe Basecamp Kledung via Sukorejo. Kira-kira 66 km. Jam 10.15 tepat kami sampai di Basecamp GRASINDO Kledung (1405 mdpl), Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung. Lokasinya sangat mudah dicari, karena tepat di pinggir jalan Temanggung - Wonosobo. 

Basecamp GRASINDO Kledung
CP : 0813 28096081 / 0811 2823153 dan Frek: 148.790 MHz


starting point..

Meski cuaca tidak bersahabat, tapi cukup banyak juga pendaki hari itu. Sambil nunggu Ester, Risqi dan Irvan sementara Nopera dan Ricky sholat jumat, saya tidur di Basecamp. Hujan dan angin kenceng juga udah mulai mendatangi basecamp. Sampai kira-kira jam 12an mereka datang. Ester dan Risqi rencana start duluan untuk cari tempat camp di pos 3, sementara Irvan berangkat bareng kami. 
Setelah selesai jumatan dan registrasi Simaksi, sekitar jam 1.30 siang kami start. Kami naik ojeg dari Basecamp ke Pos 1. 
Rp.25,000 yang kami bayarkan ternyata tidak mahal begitu tau jarak tempuh dan trek yang akan kami lalui. sekitar 20 menit, setelah melewati pemukiman, ladang penduduk dan kawasan Batu Besar, kami sampai di Pos 1 Sibajing ( 1629 mdpl ) tanpa lelah hanya ciut nyali. Ternyata asik juga naik ojeg, apalagi kang ojegnya skillfull. Selain bisa menghemat tenaga dan waktu, kita juga bisa nyobain naik motor ala-ala trabas. Gak bakal rugi, gak...

Pos 1 - Pos 2

Dari Pos 1 ini sudah terasa angin ribut disela-sela daun pinus. Beberapa pohon juga udah rebahan santai. Beberapa rebah manja sesaat setelah kami lewat. Cuaca mendung dan dingin. Trek dari sini awalnya melewati tanjakan rapi terlindung pohon pinus di kiri-kanan. Ambil jalur ke arah kanan, bonus turunan ke lembah baru naik lagi. Banyaknya pohon yang roboh sangat mengganggu perjalanan kami. Beberapa kali kami harus merangkak atau manjat untuk menghindari batang pohon yang cukup besar roboh menghalang jalan. Beberapa kali juga sempet di-php gerimis. Sampai sekitar jam 3 sore, kami sampai di Pos 2 Pestoroto (2120 mdpl).  
Cukup banyak pendaki yang istirahat di sana atau bahkan mau ngecamp di pos 2. Masih ditemani dengan angin ribut yang merebahkan pohon pinus. Suara ranting dan batang pohon yang patah atau bergesekan menjadi siulan genit Sindoro menyambut kami.



Pos 2 Pestoroto


Pos 2 - Pos 3
Setelah istirahat sekitar 10 menit sambil bakar rokok 1 bungkus, kami lanjut naik ke Pos 3. Trek kembali masuk ke hutan pinus. Kami berjalan berdekatan dengan sangat berhati-hati, karena trek sudah mulai menanjak dengan batuan dan beberapa pohon yang lumayan besar rebah menghalang jalan. Sudah mulai terasa beban di punggung, karena ditambah dengan kita berempat bergiliran bawa jerigen air 5 liter. Disini juga Nopera mulai kram kaki kanannya. 


Pohon yang rebahan santai di tengah trek


Dari sini beberapa kali tampak Sumbing yang angkuh malu-malu berselimut awan di seberang. Hampir sepanjang perjalanan kami, Sumbing tertutup kabut sehingga hanya beberapa kali saja kelihatan. Kami nikmati saat-saat Sumbing terlihat dengan beristirahat, ngemil dan sebatang rokok. Sampai sekitar jam 4.30 kami sampai di Pos 3 (2315 mdpl). Area cukup luas dan memang pas untuk area camp. Kami sampai di pos 3 dengan cuaca yang kurang asik, angin kenceng. Disana Ester dan Risqi sudah ada di dalam tenda. Karena lokasi udah penuh, saya dan Irvan naik ke atas Pos 3 di sebelah kiri atas untuk nyari lokasi yang sekiranya terlindung dari badai. Setelah kami sepakat, kami turun kembali jemput yang lain sekalian bongkar tenda Ester. Ternyata ada incident kecil, karna angin kenceng, pelipis mata Ester kena matras dan sobek. Lumayan sih karena bengkak dan meski dikasih plester tapi masih tetep rembes darahnya. 



water carrier

Langsung kami bangun 3 tenda, dekat dan saling berhadapan, dengan kondisi angin yang semakin kenceng dan gerimis. Kami sempet kesusahan karena beberapa kali kami ikat flysheet dan tenda, beberapa kali itu pula terlepas dihantam angin. Saking kencangnya angin, sempet pas pipis malah sampai terhambur ke badan dan muka. 
Sekitar jam 5.30 sore, dengan beberapa cacat di tenda kami, termasuk resleting tenda Nopera yang lepas, kami sudah bisa menikmati badai di dalam tenda. Langit mulai gelap dan angin juga makin ribut. Untuk menghangatkan diri, kami masak didalam tenda. Mie instan + sawi dan kopi instan menjadi menu malam itu. Tidak seberapa tapi sungguh sangat enak.
Sampai sekitar jam 7.30 malam, tidak ada yang bisa kami lakukan lagi selain istirahat dan tidur. Saya dan Irvan kebetulan di tenda yang cukup kuat, meski single layer tanpa flysheet kami tetap bisa tidur pules sampai pagi. Melihat kondisi malam itu, sangat beruntung kami bisa istirahat tanpa kedinginan ataupun basah.


Sabtu, 2 Desember

Jam 5,30 langit sudah terang, angin masih aja ribut. Mules juga kayaknya sudah menjadi bagian ritual budaya saya tiap pagi. Mau ndak mau, bangun dan cari lokasi. Baru coba nikmatin, tiba-tiba saya inget cerita temen katanya pos 3 rawan Babi hutan. Dan saat denger suara berisik tidak jauh dibawah lokasi, spontan ngrusak mood banget. Dengan terpaksa menikmati dengan gak ikhlas..parno takut disruduk Celenk.
Balik ke tenda.. mungkin karena kencangnya angin, tenda komplek tetangga sebelah sudah rata tanah. Untungnya lokasi kami agak mepet terlindung semak, hanya tenda Nopera yang frame nya patah. Sementara Nopera dan Ricky sudah masak air. Dengan sarapan roti gandum dan teh anget, saya dan Irvan sepakat coba naik lagi dengan target jam 7 harus kembali turun, sampai dimana ndak masalah.

Kami start jam 5.50 dari tenda, hanya berbekal air mineral botol kecil berdua. Sekitar 15 menit kami jalan dengan trek tanah menanjak, kami sampai di Sunrise Camp (2423 mdpl)


15 menit dari pos 3

kabut lagi


Disini merupakan batas Camp Area. Cukup luas untuk mendirikan tenda, tapi sangat berbahaya saat badai. Cuaca masih mendung dengan kabut dan angin kenceng. Kami putuskan untuk tetep lanjut naik ke atas. Trek mulai menanjak dengan bebatuan terjal di beberapa titik. 20 menit kemudian kami sampai di Hutan Lamtoro, masih dengan cuaca yang sama dan hanya pohon yang roboh menghalang jalan sudah tidak sebanyak di bawah. Pemandangan juga tidak terlihat kecuali kabut. Sampai sekitar jam 6.45 kami sampai di area batas vegetasi pohon, dan kata pendaki yang kami temui, Pos Batu Tatah tinggal selemparan batu lagi. Dan memang setau kami area ke atas sudah tidak ada pohon lamtoro lagi.
Angin semakin kenceng, kabut sarat air juga semakin deket. Beberapa langkah ke atas kami sudah mulai dihantam badai, dengan tanpa perlindungan pohon, kami nekat berjalan pelan keatas, beberapa kali hampir kami terpelanting karena angin sangat kuat.



Kabut lembut

Sadar Puncak bukan segalanya dan karena memang sangat berbahaya, kami putuskan untuk balik kanan. Apalagi saat itu sudah hampir jam 7.00 kesepakatan kami untuk kembali ke camp area. Banyak juga pendaki yang bahkan jauh-jauh dari Jakarta harus rela balik kanan karena memang tidak memungkinkan lanjut ke atas. Kami harus rela untuk tidak lulus kali ini dan remidi lain waktu.


balik kanan

Dengan berat hati, kami turun kembali sambil masih berhadap badai reda. Rencana, kami cari spot foto di Sunrise Camp saja.
Sekitar 20 menit, kami sampai di Sunrise Camp. Angin tak sekuat di atas memang, tapi kabut belum juga mau hilang. Seadanya saja kami cari area yang instagenic, ambil gambar dan langsung turun kembali ke camp area.

Tepat jam 8.00 kami sampai di camp area, kebetulan temen-temen yang lain lagi bongkar tenda. Langsung kami bantuin packing sampai 15 menit kemudian barang-barang dan logistik sisa sudah masuk di carrier kami masing-masing. Sambil ngemil kentang dan sosis goreng, kami cek lagi sapa tau masih ada yang ketinggalan. Tepat jam 8.30 kami turun ke pos 3. Masih sangat ramai dan penuh tenda di Pos 3. Foto-foto seputaran dan langsung lanjut turun. Hampir 30 menit kami baru sampai Pos 2. Istirahat bentar sambil share keadaan diatas ke temen-temen yang mau naik. Pos 2 ke pos 1 kami tempuh sekitar 20 menit. Dari Pos 1, Ester dan Risqi lanjut Ojeg, sementara kami berempat sepakat untuk lanjut jalan sampai basecamp.


Gapura dibawah pos 1


Kami sampai di basecamp jam 11.30 siang. Kebetulan Ester ada punya temen bisnis di area basecamp. Pak Nur, kami pun ditawari mampir untuk mandi dan bahkan dijamu, dibuatin makan pula. Terimakasih Tuhan, semoga selalu sehat pak Nur..

Dan tanpa basa-basi kami pun makan siang dirumah pak Nur, setelahnya kami langsung pamit. Kami pulang bareng-bareng iringan 4 motor, sampai di Parakan Nopera dan Ricky ambil jalur berangkat kami lewat Sukorejo, saya ambil jalur lurus lewat Kaloran - Sumowono, dan Ester, Risqi dan Irvan lewat Temanggung. Rencana, Ester langsung ke Klinik untuk cek luka di pelipisnya. Jam 2.15 sore saya sampai rumah Ungaran. Kebetulan masih harus jemput istri dan ikut sembayangan malemnya. Cuaca mendung syahdu sampai saya di rumah.