Selasa, 12 September 2017

GUNUNG ANDONG 1726 Mdpl SOLO CLIMBING Via BASECAMP SAWIT - CATATAN PERJALANAN SARMILI MEMBER




9 September 2017

Seminggu sebelumnya, kami SARMILI sudah sepakat, weekend ini kami dan Claus akan naik ke Gunung Prau, Dieng. Anggi, Mas Hari dan Akhjad siap. Claus pun siap. Sebenernya memang dari awal saya yang paling pengen bisa naik gunung lagi. Apa daya, sampai menjelang hari H, ternyata mereka masing-masing punya tanggung jawab yang lebih penting. Satu per satu mereka confirmed  batal berangkat. Saya pun sebenernya sudah nyerah. Sampai akhirnya malam sabtu, diantara galau batal muncak, tiba-tiba kepikiran kenapa ndak nyoba ke Andong. Dengan pertimbangan jarak dan ketinggian, rasanya cukup aman kalaupun harus berangkat sendiri. Sambil ronda, searching di internet dan tanya-tanya ke Akhjad yang udah pernah ke Andong. Positip..besok paginya, saya mantepin untuk tetep berangkat meskipun sendiri.

Sabtu siang, langsung prepare belanja logistik dan packing. Kebetulan semua sudah ada, dari flysheet sampai panci dan carrier. Hanya belanja secukupnya saja. Rencana, saya berangkat jam 19.00 malem. Sorenya, masih sempet ke Gereja, dan sambil nginget-inget apa yang masih kurang. Pamit ke istri dan keluarga, sebenernya mereka juga berat karena tau saya naik sendirian. Terlebih Aro, anak saya gak ngasih ijin bapaknya naik gunung. Tapi cukup dimodusin pake es krim, akhirnya dia mau ACC surat ijin mendaki saya.

Jam 20.00 setelah prepare & packing dan setelah makan Nasi Goreng Kambing ala chef Akhjad, saya berangkat via  Bawen - Ring Road Salatiga - Kopeng - Pasar Ngablak, sejauh 42 km. Bulan dan bintang tak nampak meski tanpa gerimis. Baru jam 21.15 saya sampai di Basecamp Sawit di desa Girirejo, Kecamatan Ngablak. Disambut kabut dengan sedikit gerimis dan sapa ramah warga serta petugas cantik di Pos Pendaftaran. Langsung masuk Basecamp  untuk siap-siap. Disana, malam itu sangat banyak pendaki, bahkan area parkir motor pun sangat penuh. Sambil mantau cuaca yang tetep berkabut, saya sekalian nunggu perut meledak, mumpung masih dekat dengan WC umum, dengan harapan diatas sudah bebas dari hasrat mules.



 Tiket Masuk dan Parkir = Rp.13.000,-


Basecamp - Pos II

Sekitar jam 22.15 saya mantap berangkat, dengan kondisi cuaca yang masih berkabut. Saya berjalan sendirian melewati lahan pertanian penduduk yang sudah di plester, sampai ketemu simpangan WC ambil ke arah kanan naik. Baru 15 menit kemudian ketemu orang lagi tepat menjelang check point pemeriksaan tiket. Ternyata didepan saya banyak rombongan yang istirahat di pos pengecekan. Masuk hutan Pinus, disambut rontokan embun yang jatuh dari daun. Semakin naik semakin deras, serasa diguyur hujan. Bahkan bag cover carrier saya basah parah. Sekitar 10 menit saya sampai di Pos I. Trek dari check point  sampai ke pos I masih lumayan, dengan tanjakan tepat sebelum pos I. Pos ini berupa bangunan gubug kayu dan beberapa bangku untuk beristirahat. Saat siang hari view disini full pohon pinus 360 derajat. Adeeemm.. 

Kebetulan saat itu Pos I sudah penuh dengan pendaki yang tidur didalam pos. Karena penuh orang, maka saya lanjut naik untuk nyari tempat yang agak luas. Keringat dan gerah memaksa saya membuka jaket. Sekitar 5 menit kemudian saya siap lanjut jalan. Terasa berat kaki melangkah karena sempat sebelum berangkat saya cek tensi ternyata droop. Untung sebelum berangkat sempet digorengin nasi kambing sama om Akhjad. Pelan-pelan, berharap cuaca membaik dan kaki segera panas, tak terasa sekitar 15 menit kemudian saya sampai di Pos II. Dengan trek yang nanjak stabil tanpa bonus, sendirian pula. Hampir sama dengan Pos I, Pos II berupa bangunan gubug kayu dan area yang cukup rata untuk beristirahat. Sampai disini, dada saya terasa panas. Akhirnya saya rebahan di Pos II sampai sekitar 10 menit. Bahkan sempet saya bakar rokok sebungkus dan makan O*eo satu karung.

Pos 2  -  Puncak

Sekitar jam 23.10 saya lanjut naik. Dengan cuaca yang mulai membaik, dengan pasti saya semangaat menuju Puncak Andong. Ada enaknya ternyata Solo climbing. Kita jadi bebas ngatur tempo pendakian tanpa ngerasa nggak enak atau dongkol sama teman. Kondisi trek semakin ke atas semakin terbuka, pohon cemara juga sudah mulai berkurang. Nanjak masih stabil, 15 menit kemudian saya sampai di Sumber Mata Air. Dari awal saya sudah tau ada mata air di Andong, tapi sengaja untuk kebutuhan air saya siapkan 2 botol 1.5 liter + 1 botol 600 ml sejak dari rumah. Karena kebetulan air masih banyak, kaki juga sudah panas, saya langsung lanjut ke arah puncak. Sekitar 15 kemudian saya sudah sampai di simpangan ( Pos III ); ke kiri ke makam, ke kanan arah ke Puncak. Langsung segar badan, lanjut mengarah ke Puncak. Lima menit kemudian saya sudah di Puncak Andong. Kondisi penuh tenda pendaki dan kabut penuh butiran air. Sambil nyari lokasi camp,  saya sampai di awal ujung Jembatan Setan Geger Sapi. Tepat di samping semak ada lokasi sedikit miring pas untuk tenda saya. Kebetulan saat itu ada pendaki dari Salaman Magelang yang juga lagi nyari lokasi. Setelah diskusi sebentar, kami putuskan bangun tenda diarea itu, kita tetanggaan. 

Jam 23.45 tenda kami sudah siap. Cuaca masih berkabut, dan perut juga sudah mulai lapar meski cuaca tidak ekstrim dingin. Langsung saya bongkar logistik, masak air. 10 menit kemudian saya sudah makan mie soto pedas bertabur sayur sawi segar + teh manis hangat dengan ditemani kompilasi Ana Viana Mp3 Koplo Next GenerationApalagi semua saya siapkan dan lakukan sendirian, makin terasa damai dan puasnya...
Habis makan, bakar rokok sambil rebahan di tenda, masih setia dengerin Ana Viana nyanyi di sautin angin diluar yang mulai kenceng. Sangat bersyukur dengan perjalanan malam itu..



menyambut pagi dengan segelas kopi

Suasana Kamar Presidential Suit


Jam 1.00 saya mulai siap-siap bobok ganteng. Malem itu saya tidur dengan sangat nyaman, tanpa gerah tanpa kedinginan. Sampai akhirnya panggilan alam mau ndak mau membuat saya terbangun jam 5.15 pagi. Beruntung saat itu kabut, jadi saya bisa nyari lokasi di area sabana tanpa terdeteksi pendaki lain. Dua kali pula.. alamak planning awal gagal total. Nggak kebayang kalau cuaca cerah..setengah mati pasti nyari tempat pup!!!

Setelah lega, saya masak air sambil terus berharap cuaca membaik. Kebetulan saya bawa kopi instan, Tiwus Self Drip Instant dari @tukikopi. Yang ternyata memang smooth. Sesuai cerita dan review yang saya denger. Kebetulan tetangga sebelah juga coffee lover. Sekalian saya minta direview kopinya. Kebanyakan air dikit, tapi enak...!!!




Tiwus Self Drip Instant di puncak Andong


Sebetulnya di Puncak Andong dan Puncak Alap-Alap sudah ada warung yang katanya hanya buka tiap weekend. Pake genset lagi..Jadi buat yang mau tik-tok, tinggal memperhatikan faktor cuaca dan perlu tidaknya bawa tenda, sedangkan untuk logistik sudah pasti terjamin.

Jam delapan pagi...masih berkabut, angin juga semakin kenceng. Tak pernah berhenti berharap ada keajaiban matahari muncul dari tengah kabut, saya lanjut ke puncak Alap-alap, unjung Gunung Andong, melewati Geger Sapi. Saayaaang baangeett.. kabut, but, but....
karena nggak ada pemandangan apapun selain penuhnya tenda pendaki dan angin yang main-mainin debu,  10 menit kemudian saya sudah sampai kembali di tenda saya. 
Patah hati, langsung bongkar tenda, packing, lanjut turun. 
Dengan males-malesan akhirnya jam 9 saya mulai turun gunung. Mampir di Andong Peak untuk foto-foto. 




Camp Area Puncak Andong




Andong Peak 1726 Masl

Puncak - Basecamp

10 September 2017
Ternyata kecantikan Gunung Andong yang sebenarnya baru mulai keliatan. Memang dari puncak sampai batas vegetasi / mata air hanya kabut sejauh mata memandang. Tapi setelah masuk hutan pinus baru terlihat cakepnya hutan pinus Andong.
Sekitar satu jam saya baru sampai di basecamp karena keenakan di hutan pinus Pos I dan Pos II. Apalagi banyak adek-adek gemes yang barengan turun saat itu.



View Hutan Pinus Di Bawah Pos I

View Pos II



New Friends


@dhanursubuyar


Akhirnya, jam 10.30 saya sudah ngadem di basecamp. Istirahat bentar langsung mengarah pulang. Efek dari tensi darah droop sangat terasa. Badan rasanya mau tumbang. Tapi karena kena angin dingin lereng Merbabu, badan jadi agak enakan. Sampai di Ngablak saya inget temen lama dulu waktu SMA. Ada 4 orang temen saya di kampung itu. Saya sempatin mampir dan ketemu mereka. Semua sehat. Sekitar jam 13.00 saya lanjut mampir Goa Maria Kerep Ambarawa via Banyu biru - Muncul. Baru setelahnya saya langsung pulang. Kebetulan tanpa macet dan tanpa hujan, saya sampai di Basecamp Sarmili tepat jam 15.00. Masih sempet bobok sampai jam 17.00 mulihin tenaga dan pamer foto ke Akhjad. Ha ha ha ...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar