MT SLAMET 3428 mdpl
LONG WEEKEND
5 – 8 Mei 2016, menjadi hari yang kami tunggu selama hampir 3 bulan sejak
pendakian terakhir kami, SARMILI, ke Gunung Merbabu. Sejak kembali dari Merbabu
memang kami sudah punya rencana untuk menghabiskan waktu libur yang panjang
untuk kembali mendaki gunung yang belum pernah kami daki. Pada waktu itu,
Gunung Semeru, Gunung Lawu dan Gunung Slamet yang menjadi opsi bagi kami.
Sempat terpikirkan untuk mencoba ke Semeru walaupun mungkin tidak sampai ke puncak,
tetapi pada waktu itu yang menjadi bayangan kami adalah cukup bila kami bisa
ngecamp di Ranu Kumbolo. Saya sendiri karena terlalu bersemangat, bahkan sudah
sempat coba untuk booking via Online di situs resminya TNBTS. Dan sialnya meski
saat itu kuota pendaki tanggal 5 – 8 Mei masih kosong, tapi syarat yang rumit
termasuk materai dan surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas sudah
cukup bikin saya ngeper?!?Ditambah waktu libur yang hanya 4 hari dan Senin kami
harus kembali bekerja, akhirnya impian ke Semeru pun kami tunda.
Lawu dan
Slamet yang akhirnya menjadi pertimbangan kami, dan setelah beberapa kali
telfon temen-temen Jogja dan mereka yang pernah naik ke sana akhirnya kami
putuskan, kami akan ke Mt Slamet.
Pertimbangan
utamanya adalah 4 hari waktu kami, terlalu sayang kalau kami hanya ke Lawu,
yang mungkin hanya perlu 2 hari.
Tidak banyak
persiapan yang kami lakukan karena kesibukan kerja kami.. Pada awalnya, rencana kami berangkat maik Bus via Purwokerto, dengan pemikiran karena jarak yang lumayan jauh ( sekitar 200 km
dari ungaran ), akan tetapi dengan saran dari teman-teman yang pernah ke
Slamet, akan lebih mudah semuanya kalau kami bawa mobil sendiri.
Dan benar, Saya
akhirnya berangkat hanya berdua dengan Anggi Mitun, yang memang dari awal
ngebet pengen ke Slamet. Teman kami Akhjad tidak bisa ikut karena anaknya datang
dari Purworejo, sedangkan Kelik lebih menikmati bisnis barunya Jualan Fried
Chicken. Saat itu teman saya Adi dari Mijen juga sebenarnya berangkat hari itu
juga, pernah saya tawarkan ke Anggi untuk bisa berangkat bareng, tapi karena saya malah ngerasa tidak nyaman akhirnya kami
berangkat masing-masing, saya dan Anggi, Adi
dan teamnya berangkat sendiri.
Setelah
semalaman packing dan bingung nyari Carrier sewaan, yang kebetulan semua rental
di ungaran, 7 tempat kosong semua,
akhirnya Anggi dapat Carrier di daerah Tembalang, sementara saya
belanja logistik.
Hari itu
Rabu 4 Mei 2016, saya masih di rutinitas kerja seperti biasa. Semalam kami
sepakati kalau hari itu saya yang masih harus kerja , akan ngambil cuti
setengah hari, akan tetapi karena tugas saya masih banyak maka saya sampaikan
ke Anggi untuk nunggu saya pulang kerja seperti biasa.
Sekitar jam
5 Sore kami siap berangkat, dan karena Ibu mertua Anggi sakit maka Ajeng dan
Alisha sekalian di pulangkan ke Magelang. Kami berangkat dengan kondisi jalan
lumayan macet, dan sampai di Magelang sekitar jam 8 malam. Setelah nganter keluarga,
pamit ibu, kami berangkat jam 9.30 malam
via Secang - Womosobo - Purbalingga. Sekitar jam 10.30 malam kami sampai di Alun-alun Temanggung,
istirahat sebentar sambil beli rokok dan minuman yang masih kurang untuk bekal. Kami
juga beli nasi + ayam goreng yang rencananya kami makan besok pagi start
pendakian. Kami lanjut jalan lagi, dan berkat W*ZE aplikasi GPS kami bisa sampai di Dusun Bambangan, kecamatan
Kutabuwana, kabupaten Purbalingga sekitar jam 1 malam. Setelah proses simaksi dengan biaya 15 ribu
per orang kami beli mie rebus dan kopi di depan Basecamp sambil nanya-nanya ke bapak penjualnya
tentang Gunung Slamet. Setelah selesai makan dan simaksi, dan karena Basecamp
saat itu penuh maka kami putuskan untuk tidur di mobil.
tiket pendakian
Pagi hari 5
Mei 2016, jam 7.30, kami sudah bangun,
siap untuk sarapan dan packing. Sekitar jam 8 kami sudah siap meluncur
ke Gerbang Pendakian, sebelumnya kami check in lagi di Basecamp Pos Pemuda
untuk ninggal KTP dan minta peta jalur pendakian.
Jalur Pendakian, *Sumber : Google
Karena informasi dari petugas
Basarnas di pos V ada mata air, maka kami putuskan 2 botol air mineral kami
buang isinya untuk nanti diisi di pos V, sekalian biar lebih enteng tas kami.
Gerbang Pendakian Bambangan
Jam 8 kami start melewati Gerbang pendakian belok
ke kanan menyusuri ladang sayuran penduduk..saat itu masih agak sepi di Pos
Pemuda ( 1500 mdpl ), kata orang jalur dari Pondok Pemuda ke Pos I adalah jalur
paling panjang, bahkan katanya setelah lewat Pos I 60% perjalanan ke puncak sudah terlewati. Sepanjang
jalur ini didominasi oleh tanaman sayur penduduk, kentang dan sawi. Setelah
sekitar satu jam perjalanan kami mulai masuk ke hutan cemara, pinus dan damar.
Kondisi jalan masih berupa tanjakan ringan dan banyak bonus meski tipis-tipis. Akan tetapi jalur
ini tidak terlindung dari matahari, beruntung saat itu matahari tidak terlalu
terik. Setelah melewati hutan pinus,
kami beristirahat sejenak di sebuah lapangan yang cukup luas di sebelah kiri
jalur pendakian. Karena beban Carrier masih full jadi saya harus melepas celana panjang
yang udah basah keringat, Setelah beberapa
tanjakan kami lalui sekitar jam 12 kami sampai di Pos I Gemirung ( 1937 mdpl ).
Di pos I ini
penuh sesak dengan pendaki ( yang pada akhirnya kami tau saat turun ke
basecamp, ternyata kata petugas Basarnas
di Pondok Pemuda, jumlah pendaki di long weekend kali ini lebih dari 3000 orang..wohhhhhh!! ).
Selain penuh
sesak dengan pendaki, di Pos I ( dan sampai pos VII, kecuali pos IV ada penjual
makanan di tiap pos pendakian ), saya masih ada uang 20 ribu, maka kami beli
buah semangka dan jeruk @ 3000 rupiah. Di pos ini kami juga ketemu dengan 2
orang pendaki dari solo, kalau tidak salah namanya Rahmat dan Nur. Setelah ngobrol kami coba menawarkan untuk
besok pulang bisa bareng sama-sama kami, karena mobil juga cuma kami berdua.
Mereka setuju dengan catatan kalau kita ketemu di Basecamp.
Sekitar jam
1.30, dengan cuaca sedikit mendung, ditambah dengan hutan yang cukup
lebat..perjalanan dari pos I sampai pos VII menjadi lebih dingiin..
Sekitar satu
jam kami berjalan, kami istirahat sambil menghabiskan sebatang rokok di sebuah
area bonusan yang ternyata jarak dari situ ke pos II hanya tinggal 10 menit..
kami sampai
di Pos 2, PONDOK WALANG ( 2256 mdpl ) yang tidak kalah ramainya dengan Pos I. Kami istirahat sekitar 15 menit, sementara kami istirahat, pendaki
yang juga mau naik tidak ada putusnya.
Sekitar jam
1:30 siang kami start lagi ke Pos III. Jalan dari Pos II ke Pos III didominasi
oleh tumbuhan Arbei Hutan yang cukup lebat, bahkan sampai menutupi beberapa
spot jalur pendakian. Selain Arbei Hutan ada tumbuhan yang kalau orang Ungaran
menyebutnya Lateng ( jelatang ). Tumbuhan ini daunnya berbulu lembut, dan kalau
terkena kulit maka akan terasa panas dan gatal. Parahnya Lateng ini tumbuh
hampir di sepanjang jalur menuju pos III, alhasil karena saya pakai celana
pendek maka seluruh kaki saya terasa gatal pedihh.. alamakkkk!!! Ditambah
dengan ramainya pendakian hari itu yang memaksa kami antre untuk naik. Macet pemirsaah..
Sementara
kami nunggu macet nya reda, kami putuskan untuk makan siang dulu karena waktu
juga udah lumayan sore, jam 2. Sementara kami makan, dua orang dari solo,
Rahmat dan Nur menyusul kami dan sekalian mereka istirahat. Setelah kami
selesai makan, kami langsung lanjut jalan lagi, kali ini Rahmat dan Nur
berangkat duluan ke pos III. Dan bukannya tambah tenaga, habis makan malah
perut yang melilit.
Break Makan
Pelan pelan
sambil perut mulai terasa enakan, dan setelah sekitar satu jam berjalan, jam 3 kami
sampai di pos III, PONDOK CEMARA ( 2510
mdpl ). Kami tidak berhenti di Pos ini tapi langsung lanjut ke Pos IV. Pos
III sendiri areanya cukup luas ditambah dengan adanya penjual makanan dan
minuman. Meski tidak seramai pos II tetapi cukup banyak juga pendaki
yang istirahat bahkan ngecamp di Pos ini.
Sekitar jam
4 sore kami sampai di Pos IV, Pos SAMARANTU ( 2688 mdpl ), yang adalah Pos legendaris, terkenal horor. bahkan di Peta yang kami dapat, tertulis peringatan untuk tidak
mendirikan tenda disini. Tapi ternyata
saat kami sampai, Pos IV cukup ramai dengan beberapa tenda berdiri. Mungkin,
mereka yang ngecamp disini sudah tau kondisi di Pos V sampai Pos VIII tidak ada
cukup space buat ngecamp.
Setelah
sekitar 10 menit kami istirahat, kami lanjut lagi jalan ke Pos V, dan jalan
juga masih terus nanjak tanpa bonus..:)
Pos IV Samarantu
Tertolong
dengan cuaca yang mendukung maka sekitar jam 5 sore kami sampai di POS V, SAMYANG RANGKAH ( 2795 mdpl ). Di Pos V ini ada sebuah bedeng dari seng
untuk istirahat para pendaki, tapi
karena long weekend dan peak season pendakian maka banyak warga setempat yang
berjualan di masing masing Pos Pendakian, memanfaatkan Shelter dan bedeng yang
ada. Disini juga menurut info ada mata air. Dari Pos
ini kami ambil jalur yang kekiri kearah bawah, sekitar 10 menit kami sampai di
mata air, meski harus pelan-pelan masukin air ke botol karena debit yang kecil.
Kami
istirahat sekitar 20 menit sambil isi air dan juga bakar beberapa batang
rokok.
Setengah jam
kami berjalan, sekitar jam 6 sore kami sampai di POS VI SAMYANG KATEBONAN ( 2909
mdpl ), disini ternyata sudah penuh dengan tenda pendaki, tanpa istirahat
kami langsung ke Pos VII sesuai rencana di awal. Kami akan ngecamp minimal di
Pos VII, karena kalau di bawah pos VII kata orang, banyak celeng yang sembarangan menghancurkan tenda dan logistik pendaki. Dengan semangat yang
masih ada, kami bergerak ke POS VII, sempet kami bertemu dengan pendaki
yang kebetulan juga nyari lokasi ngecamp. Dia sudah ngecek lokasi di Pos VIII,
POS VII dan semuanya positip PENUH...
Karena hari
juga sudah mulai gelap, kami putuskan untuk mencari area terdekat selama itu
cukup untuk tenda kami. Akhirnya setelah sekitar 5 menit berjalan mendekati POS
VII kami dapat satu area yang cukup untuk Dome 2P kami..Deal, kami segera
bersihkan area dan bersiap bangun tenda. ANJRIIIIITTTTT…ternyata dipojokan area
itu ada (maaf) bekas orang b*ker..keinjek lagi!!!hihihi..
Akhirnya kami timbun sambil meratakan area itu…sambil nunggu tenda berdiri
Anggi masak mie rebus. Tenda pun siap dan mie rebus juga siap, jadilah kami
makan. Oh iya kami dari rumah dibuatin Lontong dalam plastik, dan ini cukup
membantu saat kami makan. Setelah makan, ganti pakaian, bongkar SB dan lain-lain, sekitar jam 7 malam, kami sudah bisa mulai istirahat, saya bahkan bisa dengan pulas tidur sampai
sekitar jam 2 dini hari. Sayangnya Anggi malam itu tidak bisa tidur karena
ternyata posisi tenda kami agak kurang pas, dan dia kebetulan dapat posisi yang
miring.
Jam 2 saya
bangun, dan benerrrr banget kata orang.. MULES MENGALAHKAN MALES..saya pun
harus nyari lokasi yang sekiranya aman dari mata pendaki yang summit, dan
aman dari Celeng. Setelah itu saya masak air dan bikin kopi, sambil ngopi
Anggi bangun dan langsung kami packing untuk Summit Attack. Barang-barang yang
sekiranya bisa, kami tinggal. Selebihnya kami hanya bawa satu botol air 1,5
liter, 2 carrier kosong, dan senter. Carrier kami bawa karena takutnya kalau
ditinggal akan lebih mudah buat mereka yang mau maling barang2 kami, seandainya
pun ada.
Jam 3.20 kami start mulai jalan, dengan badan yang lumayan segar dan beban yang ringan, kami butuh setengah jam untuk sampai di POS VII SAMYANG KENDHIT ( 3040 mdpl ), di Pos ini penuh tenda pendaki, bahkan sampai jalan pendakian ada sebagian yang tertutup tenda. Mulai pos VII jalur pendakian sudah lumayan terbuka dan rawan badai, tetapi tetep nanjak manis tanpa putus, tanpa bonus…
Sekitar
setengah jam kemudian kami sudah sampai di POS
VIII SAMYANG JAMPANG ( 3092 mdpl ), di pos ini tetap saja masih penuh tenda
pendaki, dengan area yang lebih terbuka. Banyak Edelweis dan semak tumbuh
disini.
Kami lanjut
lagi menuju ke POS IX PLAWANGAN ( 3172
mdpl ). Pos ini sekalian sebagai batas vegetasi, karena mulai dari sini ke
puncak kita akan melewati medan bebatuan khas gunung berapi. Dan benar saja,
sepintas ratusan senter terlihat saling bersautan menuju ke Puncak Slamet.
Dengan ratusan pendaki Summit bersama sama, sebenarnya akan sangat berbahaya
ketika terjadi badai, akan tetapi walaupun malam itu kami harus antre naik ke
Puncak tetapi Gunung Slamet sungguh ramah kepada kami. Beberapa kali sempat ada
batu yang longsor akan tetapi tidak sampai terjadi hal buruk pada kami semua.
Summit Attack
Setelah
sekitar satu jam kami jalan melewati medan berbatu dan berpasir, Jam 4.55 tepat
kami akhirnya sampai di patok dengan Bendera Merah Putih, Puncak Gunung Slamet, Titik Tertinggi di Jawa Tengah ( 3428 mdpl ).
Summiter
Karena di
puncak begitu penuh dengan pendaki, maka kami hanya cari spot untuk sekedar
berfoto sambil nunggu sunrise. Sebenarnya area puncak cukup luas, selain itu kalau kita mau
lebih jauh jalan, masih ada puncak Patok Beton. Mungkin itu yang orang bilang
puncak Surono. Memang ada beberapa pendaki yang rela turun mengarah ke kawah
trus lanjut naik lagi di bukit sebelah untuk sampai kesana. Bagi kami, cukup
untuk sampai di salah satu spot puncak Slamet, sudah sangat assoy..
Top of Central Java 3428 Masl
Hampir
mungkin satu jam setengah kami habiskan di Puncak Slamet, kebetulan Rahmat dan
Nur juga sudah sampai di puncak. Akhirnya kami putuskan untuk turun sambil
masih tetap nyari spot cantik buat foto.
Garis pantai laut Utara Jawa
Sekitar jam
6.30 kami mulai jalan turun, dan dipunggungan bukit terakhir ke puncak kami
bertemu dengan Team nya Adi yang ternyata baru attacking the summit. Ternyata mereka semalam ngecamp di pos 7, dan
ternyata mereka kemalingan. Katanya kompor, termos dan sandal jepit mereka
ilang.. apes dahhh..
Setelah
basabasi, kami lanjut turun ke bawah. Dengan kondisi kaki yang masih kuat,
seger dan bawaan yang ringan, tidak lama kami sampai di Pos IX, POS VII dan Pos
VII. Sekitar 40 menit kami jalan, kami sudah sampai ditempat kami ngecamp.. dan
langsung kami cek barang2 kami yang, Puji Tuhan lengkap, tidak ada yang hilang.
Setelah kami
packing dan sarapan pagi, sekitar jam 7 kami langsung lanjut ke bawah dengan
kaki yang masih kuat tanpa gemeteran. Pos VI, POS V kami lalui dengan keadaan
full pendaki. Ramai setengah mati. Bahkan dibeberapa spot kami harus rela antre
untuk gantian pakai jalan dengan pendaki yang baru naik.
Sekitar jam
9 kami sampai di Pos IV, kami sempatkan istirahat dan sekedar foto foto,
ngerokok dan ngecek air kami yang hanya tinggal 1,5 botol.
9.30 kami start lagi jalan, dan sepanjang jalan turun hanya beberapa orang pendaki
yang mendahului kami..kami pikir kamilah grup yang paling duluan turun. Dan
kami membayangkan dengan banyaknya orang yang naik semalam dan saat itu masih
belum turun, ditambah degan pendaki yang baru naik hari itu.. akan sangat penuh
keadaan pos V ke atas.
POS III
masih ramai saat kami turun, kami memang sengaja untuk segera secepatnya sampai
ke basecamp dan istirahat disana..dan setelah sekitar 40 menit kami jalan, kami
sampai di POS II yang penuhnya keterlaluan..!! Makin keheranan saja
kami, karena selama kami mendaki gunung, baru kali ini kami temui keramaian
seperti ini. Di POS II kami, saya masih belum terlalu payah..kaki saya masih
kuat meski terasa panas di telapak kaki..
Karena di
POS II terlalu penuh maka kami istirahat sedikit dibawah POS II..disitu saya
ngomong ke Anggi kalau kaki saya masih kuat tanpa gemetar atau apapun, kaki
saya kuat.
Baru kira
kira 20 meter saya jalan, di area bonus datar..saya ngerasa kaki saya tiba tiba
gemeteran, dengkul saya serasa mau lepas..saya pikir mungkin karena terlalu
lama istirahat.
Dan benar
saja, dari lepas pos II sampai POS I menjadi siksaan bagi saya. Anggi terpaksa
saya suruh untuk jalan duluan ke pos I. Saya dengan sangat payah, ditambah kaki gatal-gatal kena Jelatang, beban juga masih lumayan berat..hanya bisa sekedar jalan tidak
tau kapan sampai Pos I. Itu masih ditambah kami harus antri bergantian dengan
pendaki yang naik, yang sekali lagi tanpa putus. Sekitar jam 11 saya baru
sampai di POS I yang juga penuh!! Sambil nyari Anggi yang ternyata istirahat 5 menit jalan di bawah Pos I.
Kami pun beristirahat disana sambil nunggu Rahmat dan Nur dibelakang.
Setelah semua kumpul, 20 menit kami istirahat, kami lanjut lagi ke bawah dengan kaki yang
semakin payah..masih saja kami temui pendaki yang naik di sepanjang jalan Pos I
ke Basecamp. Bahkan saat kami sampai Basecamp, disana masih banyak rombongan
pendaki yang baru start registrasi..
Dari Pos I
kami melewati hutan pinus, kawasan kebun penduduk dan baru mendekat ke
pemukiman warga. Beberapa kali kami berpapasan dengan pendaki dan kami
ceritakan keadaan diatas sampai ke Puncak, kebanyakan dari mereka seakan
tidak percaya dengan banyaknya pendaki yang naik weekend itu. Kami hanya berpesan
untuk segera cari pos untuk mendirikan tenda.
Jam 1 siang
tepat, kami sampai di Pondok Pemuda dan langsung buang sampah kami, ambil KTP
dan kembali ke Basecamp untuk istirahat.
10 menit
kemudian, bresss.. HUJAN TURUN. sungguh Slamet begitu ramah kepada kami, Tuhan begitu
baik kepada kami. Kami hanya bisa mendoakan untuk pendaki yang masih di atas
agar mendapat perlindungan.
Sampai di
Basecamp Anggi dan Nur langsung makan, sementara Rahmat mencoba untuk bisa
tidur. Saya sendiri menghabiskan waktu itu untuk transfer foto dari HP Anggi. Setelah
makan, Anggi pun menyusul kami untuk tidur. Rencana kami tidur sampai jam 5
sore baru kami akan pulang. Tapi karena suasana yang terlalu ramai, Anggi ngajak kami
untuk sekalian pulang saja, kalaupun ngantuk, nanti bisa istirahat dijalan.
Jam 2 siang
kami start dari Bambangan via Purbalingga
Kota, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Parakan dan Secang. Sepanjang jalan
kami ngobrol tidak jauh dari pendakian..Hujan mengiringi kami melewati
perbatasan Wonosobo - Banjarnegara.
Sekitar jam
6 kami sampai di Wonosobo, kami berhenti di sebuah warung Mie Ongklok Khas
Wonosobo dan membeli beberapa bungkus
untuk oleh-oleh ibu dan Ajeng.
Dengan hari
mulai gelap, perjalanan ke Secang pun tidak mudah karena banyak truk besar konvoi sepanjang jalan yang mau tidak mau karena masih long weekend jalanan macet, lambat
merayap, tiarappp...
Karena itu
pula rencana kami mampir Basecamp Sumbing Garung untuk cari emblem Pendakian Gunung Sumbing pun kami batalkan. Dan setelah sekitar 1 jam kami di jalan sambil
ngobrol warawiri jam 7.30 kami sampai di Secang.
Sesuai
kesepakatan awal saya dari secang ke Ungaran lanjut via Bis Umum, maka kami
sama-sama nyari bis ke Ungaran. Rencananya kalau memungkinkan maka Rahmat dan Nur
juga akan ikut via Bawen lanjut ke Solo. Akan tetapi Cuma ada satu bis yang
antri, itupun penuh. Setelah nego, katanya bis berikutnya baru ada jam stengah
12 malam. Mau tidak mau saya terpaksa ikut itu bis, dan Puji Tuhan saya tidak
harus lama berdiri karena orang yang paling deket dengan sayalah yang pertama
kali turun..hahahaha…
Kebetulan
saya bareng dengan pendaki lain yang dari besarnya tas yang dibawa, saya pikir
dia naik ke Sumbing atau bahkan ke Slamet juga. Pada akhirnya karena kami turun
ditempat yang sama, saya baru tau dia ternyata baru pulang dari Gunung Prau.
Jam 21.10
saya sampai dengan selamat hanya kurang PB saya yang ilang, Sehat dengan bonus keram dan pegal yang amat sangat, akhirnya sampai rumah..Agatha, istri
saya dan Aro anak saya sudah tidur. Saya langsung masak air, sambil nunggu air
mateng saya masak mie rebus, sesuatu yang sangat saya inginkan sejak di
basecamp pagi tadi.. karena ternyata seharian tadi perut saya belum ada isi. Sekitar jam 10 malam setelah saya mandi, saya
cium istri saya dan kami tidur bertiga..dan sebagai catatan, selama beberapa
kali saya mendaki baru kali ini saya disambut dengan manis oleh istri saya.
HAHAHAHA…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar