Puncak Syarief 3119 mdpl
Kebetulan
saat itu tiga minggu sebelumnya, Bapak saya terkasih dipanggil menghadap Tuhan,
ada perasaan berat karena takut jadi bahan omongan orang, tapi karena saya
punya niat seandainya bapak kemudian menghadap Tuhan paling tidak ada bagian
tubuhnya entah itu rambut ataupun kumis jenggot bapak yang akan saya sebar di
puncak gunung. Dan bahkan pada saat temen2 datang melayat, tidak ada topik
bahasan yang mereka bicarakan selain naik gunung..
Selama
seminggu kami persiapkan apa apa saja logistik yang akan kami bawa.. Saat itu saya tidak banyak ikut persiapan. Seperti
biasa selain satu Carrier , Tenda, Sleeping Bag, dan Beberapa matras yang
memang kami sudah punya, kami sewa beberapa peralatan yang masih kurang, bersyukur ada rental Mountaineering Gear di dekat perumahan.
Setelah
packing selesai kami berangkat dengan mobil Anggi ke arah Kopeng, kami berangkat ber
empat ; saya, Anggi, Akhjad, dan Ajeng sekitar
jam 17.00 WIB. Berbeda dengan
keberangkatan kami ke gunung Merbabu kemarin, kali ini cuaca dari pagi hari sebelumnya hujan
deras, dan bahkan halaman rumah Anggi dan Akhjad jebol longsor tergerus banjir
kiriman dari Gunung Ungaran. Kami berangkat via Bawen Salatiga, yang kali ini
tidak ada kendala apapun tidak seperti sebelumnya yang mengharuskan kami muter
lewat Banyubiru. Setelah sampai di persimpangan Kopeng, kami teringat bahwa
kami masih butuh sarung tangan dan masker tambahan, akhirnya terpaksa kami
muter dulu ke Salatiga sekalian nyari nasi untuk Sarapan di Puncak. Yaa..kali
ini kami menargetkan bisa Summit sebelum Sunrise.
Setelah
semua kebutuhan diperoleh kami mampir di warung rica-rica entok. Setelah itu,
dalam keadaan masih hujan kami langsung ke Basecamp Didik di Wekas.
Sekitar jam 19.00 malam kami sampai di Basecamp, Didik masih dengan hangat menyambut kami..Sambil nunggu hujan
reda kami re packing, makan dan istirahat sebentar. Disana sejak pagi sudah ada
dua orang Pendaki dari Jakarta yang masih bingung menentukan waktu pendakian.
Gabung ngobrol akhirnya mereka putuskan akan berangkat bersama dengan kami. Mereka
rencana akan ngecamp di Pos 2 Pipa Pecah..Sambil nunggu hujan juga saya
sempatkan beli emblem TNGM dan kemudian saya jahit langsung di Jaket.
Mukjijat itu
nyata..Jam 21.00 tepat, hujan sudah mulai reda dan bintang juga sudah mulai
terlihat. Akhirnya kami packing dan pamit ke Pengelola Basecamp mohon doa
restu. Cussss…..
Jam 9.30
malam kami mulai berangkat, melalui jalan beton kampung dan astaga..beraaattnya karung Carrier di punggung!!!
Temen-temen
setelah selesai doa, ndak tau kenapa temen-temen langsung ngegas, jujur saya sempat
ketinggalan agak jauh di belakang.. kaki saya terasa berat..Setengah jam
berlalu kami sampai di makam, di sana kami istirahat kira-kira 10 menit sambil
ngatur nafas lagi..tapi terasa lebih ringan karena mungkin otot kaki saya sudah
panas..Kami lanjut masuk hutan dengan jalan tanah..dan mengingat baru saja hujan
saya mengira bakalan becek sepanjang jalur..tetapi yang ada udara malah terasa
lebih segar dan jalan tidak licin sama sekali, tidak berdebu..bener-bener Tuhan
ngasih kesempatan kami malam itu dengan cuaca yang sempurna.
Ditengah
jalan menuju Pos I salah satu dari Pendaki Jakarta yang barengan kita, mulai
muntah-muntah ndak karuan..dan akhirnya saya lagi yang jadi korban hajaran karung carrier
berat..dan sampai nanti di POS 2 saya jalan paling belakang bareng anak-anak Jakarta.
Sampai di
POS I Telaga Arum kami istirahat sebentar, dimana disana kami bertemu dengan pasangan yang
lagi sama-sama mau naik dan super jaim, tanpa sapa atau apalah..asuudahlah….ora
urus!!!Setelah cukup istirahat minum, kami lanjut ke Pos 2
Sepanjang
jalur ke POS 2 tidak ada yang istimewa selain kami harus menghadapi Tanjakan pipa ganda yang legendaris nan mesra..yang jelas kenangan paling melekat di pikiran saya untuk jalur wekas adalah tanjakan
sebelum Pos 2 Merbabu. Juga tidak ada lagi pendaki yang bakar Hio
Menyan..semuanya lancar sampai kami sampai di POS 2 Mata Air, yang kemudian disana anak
anak Jakarta ngecamp dan mendirikan tenda, beruntung bagi kami yang akan
Summit..hahahaha…
Kami kemudian menitipkan barang-barang yang sekiranya berat,
sehingga beban kami ke puncak jauh lebih ringan.
Setelah kami
bantu-bantu bangun tenda dan sekalian packing kebutuhan ke Puncak, kira-kira
jam 2 pagi kami lanjut menuju Pos III Simpangan Helipad. Jalan yang sangat
familier bagi saya karena dengan kali ini saya sudah 3 kali naik turun jalur
ini..Sepanjang jalur ini terakhir kami lalui dengan keadaan hangus bekas
kebakaran, tapi sekarang semua sudah berubah hijau kembali..dan karena beban
kami sudah berkurang kami pun bisa ngejar untuk lebih cepat, dan sekitar 1 jam
nanjak, kami sudah sampai di simpang Helipad..Simpang Helipad ini adalah titik (
patok beton ) persimpangan dua jalur; ke kiri mengarah ke Puncak Pemancar
dan bisa juga mengarah turun ke jalur pendakian via Kopeng, sedangkan Jalur ke kanan
adalah jalur menuju Puncak Syarief ( 3119 mdpl ).
10 menit
kami istirahat sambil bakar rokok.. kami
lanjut ke arah kawah dan Jembatan Legendaris ‘Jembatan Setan’. Jalur ini kalau
dilihat dari simpang Helipad saat siang bikin jatuh mental..karena terlihat
tanjakan yang curam dan jalur yang sepertinya tidak ada ujungnya. Seperti yang kami alami terakhir kali kami naik ke Merbabu. Setengah jam
berselang kami sudah sampai di POS III Helipad, dari sini terlihat pemandangan terindah
yang pernah saya lihat ‘ view kota salatiga dari atas awan tanpa polusi
cahaya’.. EMEJING warbyasahh, sumpahhhh..
Tidak bisa
berlama lama kami lanjut, dan hampir nyasar di area prasati entah saya lupa
siapa Nama yang diukir di atas lempengan logam itu.
Kami balik
kanan kembali ke jalan yang benar, dan tanjakan lagiiiii yang menyambut kami sebelum
akhirnya kami sampai di Jembatan Setan, Jembatan yang tidak seseram namanya
akan tetapi malah begitu cantik dengan jurang terbuka di sisi kanan kirinya..
Sekitar 40
menit berselang, kami sampai di persimpangan Puncak Syarief dan Kenteng Songo..
Saya dan
Ajeng sebenarnya sangat ingin dan merasa mampu untuk sampai di Puncak Kenteng
Songo..bahkan saya sempet ngeyel ke Anggi dan Akhjad untuk membagi air minum
agar saya dan Ajeng bisa lanjut ke Kenteng Songo..setelah bebrapa waktu kami
baru tau kalau saat itu sudah hampir jam
5 pagi..dan dengan pertimbangan Puncak Kenteng Songo masih berjarak sekitar 1
jam perjalanan maka kami putuskan bareng-bareng kami ke Puncak Syarief..Sekitar
20 menit kami berjalan ke Puncak Syarief dan sekitar 5.15 kami sampai di Puncak
Syarief ( 3119 mdpl ). Di Puncak Syarief hanya ada team kami, so kami bisa
bebas foto-foto sepuasnya..
SUNRISE
CANTIK..Bebas kabut dan kami pun siap menyambutnya dengan berbagai gaya khas alay bersaudara..
Dan karena
keburu ndak enak karna kami nitip barang di Pos 2, maka kami buru buru sarapan
dengan rica-rica bebek yang kami beli di Salatiga malam sebelumnya..sambil ngopi
dengan background Puncak tercantik.. surgaduniaahhh…
Tidak lupa saya sempatkan berdoa mendoakan Bapak, dan sisa potongan rambut bapak saya taburkan di dekat pohon Cantigi di Puncak Syarief…RIP Boss!!!
Tidak lupa saya sempatkan berdoa mendoakan Bapak, dan sisa potongan rambut bapak saya taburkan di dekat pohon Cantigi di Puncak Syarief…RIP Boss!!!
Kembali kami
menyusuri jalan ke Pos 2 sekali lagi yang berbeda hanyalah kiri kanan sepanjang
jalur sudah kembali hijau tidak seperti sebelumnya sewaktu kebakaran..Dan kali
ini pertama kalinya kami bisa sampai di Puncak Syarief, setelah 3 kali kesempatan hanya
mentok sampai Puncak Pemancar, jalur dari simpang Pos Helipad sampai Puncak
Syarief baru kali ini saya lalui.
Setelah kami
sampai di Pos 2, teman kami dari Jakarta sudah bangun dan masak. Sambil
‘bantuin’ mereka masak..kami segera packing barang kami yang sebelumnya kami
titipkan..setelah packing selesai, kami foto bersama sebagai kenangan dan
langsung kami turun ke Basecamp..1,5 jam kemudian tepat jam 11 siang kami
sampai di Basecamp. Setelah istirahat dan bersih-bersih kami langsung pamit ke
pengelola basecamp untuk langsung kembali pulang ke Ungaran.
Kami sampai
di Ungaran sekitar jam 3 Sore, dan setelah kami kumpulkan barang di tempat
Akhjad saya kemudian kembali pulang kerumah dengan oleh oleh capek yang membuat
ketagihan lagi dan lagi…
Sampai saat ini kami masih sering bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai rencana pendakian, dan paling dekat kami berencana tanggal 5 – 8 Mei kami akan
mencoba mencumbu Gunung Slamet di Purbalingga..
Hope
Sooooo….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar